Waspada Moms, Kasus DBD pada Anak Melonjak di Masa Peralihan Musim!

26 September 2022 13:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
12
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Waspada Moms, Kasus DBD pada Anak Melonjak di Masa Peralihan Musim!. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Waspada Moms, Kasus DBD pada Anak Melonjak di Masa Peralihan Musim!. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Moms, apakah akhir-akhir ini Anda merasakan cuaca yang sebelumnya panas terik tiba-tiba berubah jadi hujan lebat? Ya, saat ini sedang memasuki masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Masa tersebut biasanya rentan menimbulkan penyakit, salah satu yang paling sering terjadi adalah kasus demam berdarah dengue (DBD).
ADVERTISEMENT
Pada masa peralihan tahun 2022 ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat terjadi peningkatan kasus DBD di Indonesia. Berdasarkan catatan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM), dari Januari sampai minggu ke-36 tahun 2022 sudah tercatat kasus konfirmasi DBD mencapai 87.501 kasus. Dari jumlah tersebut, DBD menyebabkan 816 kematian. Pada kelompok anak-anak pun juga jangan dianggap remeh, karena jumlahnya pun tidak bisa dibilang sedikit, Moms.
“Secara umum terjadi peningkatan kasus Dengue. Kasus paling banyak terjadi pada golongan umur 14-44 tahun sebanyak 38,96 persen dan 5-14 tahun sebanyak 35,61 persen,” kata Dirjen P2PM Kemenkes, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS.
Petugas kesehatan memberikan penanganan medis kepada pasien penderita Demam Berdarah Dengue (DBD). Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Penambahan kasus DBD dilaporkan berasal dari 64 kabupaten/kota di 4 provinsi, yakni Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Kalimantan Timur. Nah, daerah mana saja yang paling banyak melaporkan kasus DBD? Catatan Kemenkes melaporkan daerah paling tertinggi kasus DBD adalah Kota Bandung dengan 4.196 kasus, Kabupaten Bandung sekitar 2.777 kasus, Kota Bekasi dengan 2.059 kasus, Kabupaten Sumedang sekitar 1.647 kasus, dan Kota Tasikmalaya dilaporkan sebanyak 1.542 kasus.
ADVERTISEMENT

Upaya Pemerintah dalam Pengendalian dan Pencegahan DBD

Sebagai upaya pencegahan dan pengendalian kasus DBD di masa peralihan musim, Kemenkes sudah menyurati seluruh kepala daerah mulai tingkat provinsi hingga kabupaten/kota untuk meningkatkan kewaspadaan dalam mencegah kembang biak nyamuk Aedes aegypti ini.
Cara yang dilakukan seperti Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus di tempat – tempat umum dan tempat – tempat institusi untuk mencapai Angka Bebas Jentik > 95 %. Upaya selanjutnya adalah memperkuat surveilans dengue/DBD yang dapat dimonitor sebagai upaya kewaspadaan dini terhadap peningkatan kasus dan respons cepat penanggulangan kejadian luar biasa (KLB).
Petugas fogging kecamatan Pancoran melakukan pengasapan di kawasan Rawajati, Jakarta, Rabu (24/11/2021). Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
“Penyebarluasan informasi kepada masyarakat tentang tanda dan gejala Dengue sangat penting, agar tidak terjadi keterlambatan di masyarakat untuk menangani penderita dan keterlambatan dalam hal rujukan penderita ke fasyankes,” tutur Maxi.
ADVERTISEMENT

Yang Bisa Dilakukan untuk Cegah DBD pada Keluarga

Nah Moms, pencegahan DBD pun perlu dilakukan pada lingkungan rumah sendiri agar keluarga tidak sampai terjangkit. Di Indonesia, anjuran yang mungkin sudah akrab dengan kita adalah 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur). Segala jenis wadah yang dapat menampung air harus dikuras, ditutup, atau dikubur agar tidak nyamuk tidak punya ruang untuk berkembang biak, terutama di musim pancaroba seperti sekarang ini.
Selain melakukan 3M, ini langkah-langkah pencegahan DBD yang bisa dilakukan di rumah, yakni: