Waspada, Moms! Tontonan Berlabel Kids Belum Tentu Aman untuk Anak

31 Maret 2023 9:09 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak memakai gadget untuk bermain game. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak memakai gadget untuk bermain game. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Saat memberikan anak screen time, apakah Anda selalu mendampingi si kecil? Sebagai orang tua, Anda perlu tetap mengawasi semua tayangan maupun permainan online yang mereka mainkan. Sebab, belum tentu tontonan yang mereka saksikan ternyata sesuai dengan usianya, meski nama atau labelnya "Kids". Ya Moms, sedang ramai di media sosial tentang temuan video-video di YouTube Kids yang ternyata mengandung unsur pornografi. Tentunya, konten-konten tersebut tidak pantas untuk disaksikan anak kecil.
ADVERTISEMENT
Diungkapkan juga beberapa video yang ditemukan di YouTube Kids itu memiliki adegan senonoh dan mengerikan, meski dikemas dalam bentuk kartun.
Bagaimana sih seharusnya orang tua perlu meresponsnya?

Yang Perlu Orang Tua Perhatikan dari Tontonan dan Permainan Anak

Sebelum mengizinkan anak screen time, orang tua bisa melakukan sejumlah langkah untuk memastikan aplikasi, permainan, maupun tontonan yang akan dilihatnya aman. Apa saja?
Ilustrasi anak main gadget sambil makan. Foto: Shutter Stock
- Tinjau ulang program, game, dan aplikasi sebelum mengizinkan anak Anda melihat atau memainkannya. Pahami terlebih dahulu apakah games atau tontonan tersebut sesuai untuk usia anak Anda. Gunakan filter peringkat dan ulasan pemrograman untuk dapat membantu Anda.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Anda tetap perlu menetapkan batasan terkait screen time untuk membantu si kecil hidup bahagia dan seimbang. Caranya bagaimana? Yang paling penting adalah menerapkan durasi screen time sesuai usianya ya, Moms. Rekomendasi dari American Academy of Pediatrics menyampaikan bahwa jumlah screen time anak-anak adalah: tidak ada sama sekali (usia di bawah 18 bulan), hanya konten pendidikan saja (18-24 bulan), satu jam pada hari kerja dan hingga tiga jam di akhir pekan untuk screen time non-pendidikan (2-5 tahun), dan tidak ada batas waktu tetapi penting untuk tetap dibatasi (usia di atas 5 tahun).
Hal-hal lain yang bisa dilakukan orang tua adalah:
ADVERTISEMENT

Memilih Permainan atau Tontonan Anak yang Sesuai Usianya

Ilustrasi anak main PUGB. Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan
Sebenarnya, memberikan anak screen time tidak selalu buruk, kok. Sebab, bermain video game maupun beberapa aplikasi khusus anak bisa mendidik dan menyenangkan. Tetapi, menurut Psikolog Klinis Anak Klinik Kancil, Zulnisa Riza, M.Psi., para ayah dan ibu perlu memikirkan tentang usia, kedewasaan, dan kebutuhan anak saat memilih game atau aplikasi.
"Mengapa anak Anda bermain game atau menggunakan aplikasi? Tidak ada jawaban benar atau salah untuk pertanyaan ini. Perlu diingat bahwa game dan aplikasi yang membantu pembelajaran atau tugas sekolah berbeda dari game "hanya untuk bersenang-senang". Secara umum, tidak ada salahnya mempertimbangkan aplikasi seperti ini untuk melihat apa yang membantu anak Anda. Di sisi lain, masih banyak lagi aplikasi dan video game yang hanya untuk hiburan," kata Nisa kepada kumparanMOM, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Penting juga memilih aplikasi maupun tontonan yang sesuai usianya. Nisa menuturkan orang tua bisa memperhatikan Common Sense Media yang memiliki ulasan game dan aplikasi sesuai usia yang disarankan. Namun perlu diingat juga bahwa anak-anak terkadang tidak sedewasa usianya. Ketika anak berusia 13 tahun, misalnya, bukan berarti semua konten praremaja atau remaja sesuai untuknya.
"Tingkat keterampilan juga penting. Anak-anak yang tertinggal dalam membaca mungkin lebih suka video game atau aplikasi dengan lebih sedikit teks. Atau mereka mungkin membutuhkan teknologi untuk membantu membaca. Mengetahui kekuatan dan tantangan anak Anda dapat membantu Anda membuat pilihan yang lebih cerdas," jelasnya.

Yuk, Kurangi Screen Time dan Banyak Beraktivitas Lainnya!

Meski screen time tidak dilarang, tetapi orang tua bisa melakukan variasi selama kegiatannya. Misalnya, menurut Nisa, kegiatan screen time dapat diisi antara orangtua dan anak dengan melakukan sesuatu yang aktif dan juga produktif. Seperti membuat seni digital, berlatih basic coding atau bermain games edukasi, kegiatan ini tidak terlalu berbahaya jika dibandingkan dengan screen time menonton video atau program televisi.
Ilustrasi anak balita belajar dengan gadget. Foto: Shutterstock
Di sisi lain, bagi anak yang lebih besar, Anda bisa menerapkan aturan dan batasan yang kelas. Salah satunya mempertimbangkan bermain tanpa gadget, termasuk pada waktu makan dan sebelum tidur.
ADVERTISEMENT
"Tetapkan dan terapkan batas waktu layar dan jam malam harian atau mingguan, seperti tidak ada paparan perangkat atau layar satu jam sebelum waktu tidur. Pertimbangkan untuk menggunakan aplikasi yang mengontrol durasi anak dapat menggunakan perangkat," ujar Nisa.
Ada beberapa tindakan sederhana yang bisa dilakukan orang tua untuk mengurangi jumlah screen time pada anak setiap harinya, yakni: • Latih kebiasaan baik Anda sendiri. Anak-anak memandang orang tua mereka untuk memberi contoh. Biarkan mereka melihat Anda membaca buku, berjalan-jalan, bersosialisasi dengan teman, menikmati hobi, dan umumnya menghabiskan waktu jauh dari layar. • Matikan TV selama waktu makan. Alih-alih, gunakan waktu itu untuk terhubung dengan keluarga Anda. • Hindari memaparkan anak-anak ke layar setidaknya satu jam sebelum waktu tidur. Ini akan mengurangi kemungkinan masalah tidur yang disebabkan oleh paparan blue light • Ajari anak tentang efek negatif dari waktu layar. Anak-anak yang mengerti mengapa mereka diminta untuk mengikuti aturan tertentu lebih mungkin untuk mematuhinya. Diskusikan screen time sebagai masalah kesehatan dan dorong mereka untuk membuat pilihan yang sehat dengan waktu luang mereka.
ADVERTISEMENT
****
Dapatkan informasi terupdate seputar dunia parenting dan motherhood setiap hari hanya di Moms Update! Cari tahu informasi lengkapnya di media sosial kumparanMOM! Klik di sini.