10 Persen Siswa di Kabupaten Semarang Masih Terkendala Belajar Online

4 Agustus 2020 14:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah siswa menikmati fasilitas wifi yang disediakan di rumah aspirasi milik Ketua DPRD Jateng, Bambang Kusriyanto di Kabupaten Semarang.  Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah siswa menikmati fasilitas wifi yang disediakan di rumah aspirasi milik Ketua DPRD Jateng, Bambang Kusriyanto di Kabupaten Semarang. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
ADVERTISEMENT
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) alias belajar online hingga kini masih menemui sejumlah kendala. Masalah kuota internet hingga kesulitan sinyal banyak dialami. Tak terkecuali bagi sejumlah siswa di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Seorang siswa SMP Negeri 3 Ungaran, Syifa Murhaini Naafilah, mengalami kesulitan sinyal. Ia memiliki gadget, tapi sinyal yang tidak stabil ternyata cukup menjadi kendala untuk memutar materi pelajaran yang disampaikan lewat video atau Zoom.
"Ya kadang-kadang (sulit sinyal), padahal ada video," kata Syifa.
Sejumlah siswa menikmati fasilitas wifi yang disediakan di rumah aspirasi milik Ketua DPRD Jateng, Bambang Kusriyanto di Kabupaten Semarang. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
Dia dan sejumlah siswa lainnya lantas menumpang di Rumah Aspirasi milik Ketua DPRD Jawa Tengah, Bambang Kusriyanto, yang tersedia wifi.
Siswa lainnya, Reni Kurnia Dewi, juga mengaku kesulitan sinyal di rumah. Selain itu, kuota juga jadi masalah. Musababnya, dalam seminggu dia bisa menghabiskan 10 gigabyte.
“Seminggu 10 giga biasanya, (di sini) ini gratis dan lancar. Kalau di rumah hilang-hilang sinyalnya padahal ada (pelajaran pakai) video dan Zoom juga,” katanya.
Sejumlah siswa menikmati fasilitas wifi yang disediakan di rumah aspirasi milik Ketua DPRD Jateng, Bambang Kusriyanto di Kabupaten Semarang. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang, Sukaton Purtomo, mengatakan ada 10 persen siswa SD dan SMP yang dibantunya lantaran kesulitan mengikuti PJJ.
ADVERTISEMENT
“Persentase pastinya belum dihitung, tapi sekitar 10 persen yang mengalami kendala. Kebanyakan sinyal dan ada juga yang handphonenya dibuat kerja orang tua. Atau ada handphone, tapi sinyal susah,” ucapnya kepada wartawan, Selasa (4/8).
Sejumlah jalan keluar dicari, mulai dari pemberian tugas hingga pembelajaran tatap muka. Namun, tatap muka bukan di sekolah melainkan guru mendatangi siswanya.
“Jalan keluarnya ya guru tracking ke daerah terpencil, kunjungan ke rumah. Jadi tatap muka tidak hanya ke sekolah tapi termasuk ke dusun tertentu yang kesulitan,” kata Sukaton.
Sukaton menuturkan, tatap muka masih bisa dilakukan di sekolah. Hanya, siswanya terbatas.
“Ke sekolah boleh tiga atau empat anak, dilihat zonanya hijau tidak. Ada beberapa, tidak banyak,” ujarnya.
ADVERTISEMENT

WIFI di Rumah Aspirasi

Sementara dihubungi terpisah, Bambang Kusriyanto menceritakan dirinya menyediakan wifi di Rumah Aspirasi. Hal itu berawal ketika ada siswa yang mendatangi kediaman pribadinya untuk menggunakan wifi.
“Awalnya ada yang belajar di teras. Minta numpang wifi, sudah izin ibu (istri). Istri saya cerita dan saya punya ide pasang wifi di Rumah Aspirasi untuk warga sekitar yang kurang mampu,” ujarnya.
Kini siswa yang menggunakan sambungan wifi di Rumah Aspirasi bertambah. Bila di teras rumahnya hanya mampu untuk 4-5 orang, di Rumah Aspirasi bisa sampai 10 anak.
“Ini untuk wilayah sekitar situ. Makanya kalau di teras hanya 4 atau 5, kalau di rumah aspirasi bisa sekitar 10 orang di ruangan dan teras bisa. Mereka kita minta tetap pakai masker,” katanya.
ADVERTISEMENT
Bambang berharap inisiatifnya ini bisa ditiru oleh warga mampu lainnya. Sehingga, membantu siswa yang terkendala saat PJJ.
“Harapannya warga yang mampu pasang wifi bisa bantu warga yang dekat-dekat. Ini percontohan agar bisa membantu,” katanya.
Bambang juga berharap, mekanisme sekolah tatap muka yang aman di masa pandemi bisa segera diwujudkan karena tidak hanya siswa, orang tua pun mengeluh dengan belajar daring.
“Saya kira harus cari solusi karena kalau sampai Desember seperti ini bisa alami kejenuhan,” tegas Bambang.
=====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona