2 Pengalaman Spesial Kapolri Tito dan Wapres JK

18 Oktober 2019 10:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Kapolri jenderal Tito Karnavian dalam upacara purna tugas di PTIK, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (18/10/2019). Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Kapolri jenderal Tito Karnavian dalam upacara purna tugas di PTIK, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (18/10/2019). Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Tiga hari lagi masa jabatan Wakil Presiden Jusuf Kalla akan berakhir. Untuk itu, Polri secara khusus menggelar upacara pengantar purnatugas untuk Wakil Presiden Jusuf Kalla.
ADVERTISEMENT
Dalam sambutannya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengenang pengalaman bekerja bersama JK. Saat Tito masih menjabat Kasat Serse Polda Sulawesi Selatan, dan JK menjabat sebagai Menkokesra.
"Dua kali saya bersentuhan dengan Bapak (JK). Pertama bom Makassar Ratu Indah. Saya menyampaikan pada Kapolda saat itu, 'Pak pelakunya Daeng Lao, ada satu lagi agung. Perintah Pak Jusuf Kalla Menkokesra saat itu, tangkap semua. Itu menunjukkan keberanian," kata Tito dalam sambutannya di auditorium Mutiara Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Jakarta Selatan, Jumat (18/10).
Yang kedua, lanjut Tito, saat JK menangani konflik Poso, Sulawesi Selatan. Tito menceritakan, keberanian JK yang justru membela TNI - Polri yang pada saat itu mendapat kecaman karena ada 16 pihak teroris yang meninggal tertembak serangan Polri.
ADVERTISEMENT
"Di situ kami memimpin operasi, kontak senjata kurang lebih satu tahun. Kontak senjata ada 16 meninggal pihak sana, polri satu orang," kata Tito.
Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla menerima cinderamata saat Tradisi Pengantar Purna Tugas di Auditorium Mutiara PTIK-STIK, Jakarta, Jumat (18/10/2019). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
"Sehingga saya dengan Pak Kapolda saat itu, Badrodin Haiti, lapor pada presiden, Komnas HAM, Komisi III. Kita menghadap pada beberapa petinggi, jawabannya rata-rata disalahkan. Tapi ketika menghadap Bapak, pertanyaannya singkat, 'apakah yang meninggal bawa senjata?' Ya. Jawaban Bapak juga singkat, 'kalian sudah benar tidak boleh ada yang punya senjata selain TNI-Polri'," cerita Tito.
Pengalaman ini , kata Tito selalu membekas di hatinya, dan akan selalu diceritakan ke generasi Polri selanjutnya.