2 Pesawat Garuda Berhadapan Diduga karena Pilot Tak Konsentrasi

14 Desember 2019 21:12 WIB
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Maskapai Garuda Air. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Maskapai Garuda Air. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Pengamat penerbangan, Alvin Lie, menilai ada faktor human error dalam insiden dua pesawat Garuda Indonesia berhadap-hadapan di taxiway Bandara Soekarno-Hatta.
ADVERTISEMENT
Alvin menduga jika peristiwa diakibatkan kecerobohan sang pilot Garuda. Menurutnya, perlu ada penelusuran lanjut atas kejadian ini
"Saya menduga menduga hampir pasti masalah pada pilot, kelalaian pilot ini. Nah itu yang perlu diinvestigasi hal hal apa yang menyebabkan pilot itu membuat kesalahan seperti itu," ujar Alvin kepada wartawan, Sabtu (14/12).
Alvin Lie. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Menurut dia, jika ATC (Air Traffic Controller) telah memberi arahan yang sesuai, sehingga pilot harusnya tidak salah mengambil jalur.
"Iya, itu arahnya lebih pada kelalaian pilot karena instruksi dari ATC sudah ada, kemudian pilot juga ada co-pilot. Nah ini sangat aneh, kalau pun captain keliru, harusnya co-pilot mengingatkan dan sebaliknya," kata Alvin.
Ia pun mengatakan ada faktor-faktor yang menjadi muara peristiwa tak biasa ini. Alvin yang juga komisioner Ombudsman ini menduga tidak fokusnya pilot bisa menjadi salah satu penyebab.
ADVERTISEMENT
"Macam-macam bisa kelelahan, fatigue, bisa juga sedang tidak konsentrasi entah ada apa dalam benaknya. Tapi kok dua kali kok ini apa. Kalau pilotnya yang tidak konsentrasi, harusnya co-pilotnya mengingatkan dan sebaliknya kan," tutur Alvin.
Ia pun menyebut bahwa, pihak bersangkutan mesti mendengarkan rekaman pada ruang Air Traffic Controller (ATC), untuk memastikan tidak ada kesalahan frekuensi.
"Nah apakah ada masalah antara pilot dengan co-pilot sehingga tidak perhatian pada jalur keluar dari runway itu. Atau juga kita perlu cek rekaman di ATC, rekamannya seperti apa. Apakah pada saat itu kejadian frekuensi sedang padat sekali, sehingga mungkin saja instruksi itu ketumpuk-tumpuk dengan suara lain," kata dia.
"Tapi kalau traffic padat seharusnya ga masalah ya. Itu perlu dicek, saya kok yakin instruksi dari ATC sudah benar. Tinggal ini cockpit management aja gimana," sebut dia.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan hal ini diperlukan pengkajian lebih dalam. Agar kedepannya kejadian seperti ini mampu dicegah.
"Harus diinvestigasi faktor faktor yang membuat itu terjadi apa saja kemudian pencegahannya apa," usul Alvin.
"Kita juga harus lihat, dia kerja sehari itu sudah berapa jam, sebelumnya sudah istirahat belum, dalam seminggu dia sudah bekerja berapa jam, apakah ada pelanggaran batas maksimum jam terbang atau tidak gitu kan," timpalnya.
Oleh karena itu, Alvin berharap agar peristiwa ini agar dilihat sebagai insiden yang serius. Agar, kesalahan seperti ini tidak terulang lagi kedepannya.
"Ini pelanggaran yang serius tidak boleh dianggap sepele. Ini perlu betul-betul dikaji apakah hanya pada penerbangan ini atau juga nanti ada gejala juga pada penerbangan lain, kan susah," tutup Alvin.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, AirNav Indonesia menyebut peristiwa itu terjadi karena pilot berbelok tak sesuai arahan dari petugas ATC (Air Traffic Controller.
Ilustrasi Maskapai Garuda Air. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Kedua pesawat yang berhadapan adalah GA-649 registrasi PK-GMH dan GA-264 registrasi PK-GRR. Manager Humas AirNav, Yohanes Harry Douglas Sirait, menuturkan kejadian berawal usai pesawat GA-649 landing.
Petugas ATC, kata dia, sudah mengarahkan pilot untuk mengambil jalur NP1. Akan tetapi, pilot justru mengarahkan pesawat ke jalur NP2 sebaliknya.
"ATC menginstruksikan kepada GA-649 untuk taxi via NP1, namun pilot masuk ke NP2, sehingga berhadapan dengan GA-264," kata Yohanes saat dikonfirmasi, Sabtu (14/12).