2 Robot Damkar DKI Tak Diterjunkan Saat Kebakaran di Kejagung, Ini Alasannya

24 Agustus 2020 10:19 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Alat pengurai asap LUF 60 milik Damkar DKI. Foto: Mirsan Simamora/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Alat pengurai asap LUF 60 milik Damkar DKI. Foto: Mirsan Simamora/kumparan
ADVERTISEMENT
Kebakaran di Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan, yang terjadi pada Sabtu (22/8) berhasil dipadamkan usai 65 unit mobil pemadam kebakaran dan 2 Bronto Skylift dikerahkan. Namun, mengapa dalam pemadaman itu, Damkar DKI tak menggunakan dua robot pemadam api yang dibeli senilai Rp 40 miliar itu?
Alat pengurai material kebakaran dan alat pengurai asap milik Damkar DKI. Foto: Mirsan Simamora/kumparan
Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta Satriadi Gunawan menjelaskan, robot pemadam kebakaran yang dibeli diperuntukan bagi memadamkan kebakaran di MRT dan LRT, atau lokasi dengan potensi ledakan seperti kilang minyak.
ADVERTISEMENT
Robot pemadam kebakaran, kata dia, juga lebih tepat memadamkan api di objek kebakaran yang bersifat datar atau horizontal.
Petugas pemadam kebakaran menyemprotkan air ke arah api yang membakar gedung utama Kejaksaan Agung di Jakarta, Minggu (23/8/2020) dini hari. Foto: ADITYA PRADANA PUTRA/ANTARA FOTO
"Fungsinya robotic itu mengantisipasi kebakaran yang ada di LRT dan MRT. Kadang dia juga bisa berfungsi ke tempat yang berbahaya seperti contoh kilang minyak kebakaran, karena kan dia menggunakan remote control dari jarak jauh," jelas Satriadi kepada kumparan, Senin (24/8).
"Jadi untuk keamanan petugas. Contoh di situ ada bahan materi yang berbahaya karena ledakan atau macam-macam atau zat kimia atau gas beracun. Nah, itu menggunakan robotic itu, demi keamanan petugas kebakaran," lanjutnya.
Petugas berusaha memadamkan kebakaran di Gedung Kejaksaan Agung dengan menggunakan Bronto Skylift. Foto: kumparan
Sementara itu, untuk gedung Kejaksaan Agung, kata dia, lebih tepat menggunakan Bronto Skylift. Sebab Bronto mampu menjangkau bagian atas bangunan, mengingat kebakaran di Kejaksaan Agung ada di ketinggian.
ADVERTISEMENT
"Jadi kebakaran itu kan terjadi di gedung bangunan tinggi 6-7 lantai. Jadi secara operasional teknis itu yang paham kita, karena kaitan dengan proses pemadam kebakaran," tutur dia.
"Nah peralatan yang digunakan untuk bangunan tinggi itu adalah Bronto Skylift yang ukuran 90 (meter) dan 55 (meter), serta fire stick namanya itu yang kita gunakan karena dia bisa memadamkan ke bangunan tinggi," terangnya.
Untuk diketahui, dalam pemadaman di Kejaksaan Agung, 65 unit damkar, 2 Bronto Skylift, dan 230 petugas dikerahkan. Api baru bisa dipadamkan usai kurang lebih 10 jam membakar gedung itu.
Sedangkan, dua robot pemadam kebakaran milik DKI, yakni alat DOK-IND MVF-5 U3 dan LUF 60 tidak diterjunkan selama pemadaman berlangsung.
ADVERTISEMENT
Bronto Skylift merupakan perusahaan di Finlandia dan memiliki mitra di banyak negara. Perusahaan ini memiliki produk skylift yang dipasang di truk dari tinggi 17 meter hingga 117 meter. Bronto Skylift adalah bagian dari Morita Holdings Corporation yang berbasis di Jepang.
Melihat Monas dan sekitarnya lewat Bronto Skylift. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)