2 Tahun Jokowi-Ma'ruf, Ada Hampir 2 Juta Percakapan tentang Hoaks

23 Oktober 2021 14:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi hoaks. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hoaks. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Analis Senior Drone Emprit menyebut dalam waktu kurun waktu 2 tahun pemerintahan Jokowi-Ma'ruf, ada hampir 2 juta percakapan tentang hoaks di Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Dalam kurun waktu dua tahun pemerintahan Pak Jokowi dan Pak Ma'ruf, ada 1,98 juta percakapan tentang hoaks di kanal Twitter. Jadi kalau kita pukul kasar, selama setahun ada sejuta [percakapan],” kata Yan dalam diskusi virtual bertajuk Hoaks, Kualitas Pers, dan Hegemoni Media Sosial, Sabtu (23/10).
Selain itu, pada periode yang sama, ada 50 ribu artikel media online yang membahas spesifik soal hoaks dan klarifikasinya. Semacam hoaxbuster.
Ia menjelaskan, data itu kemudian diturunkan lagi, menjadi hoaks apa yang paling banyak selama dua tahun ini. Kata Yan, menurut data yang telah ia pelajari, hoaks terbanyak adalah terkait COVID-19.
“Dua hoaks paling dominan adalah hoaks yang terkait konspirasi, bahwa COVID adalah bikinan asing, dan sebagainya. Dan hoaks kedua terkait vaksin, bahwa vaksin mengandung partikel-partikel untuk mantau orang, dan sebagainya,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, banyaknya hoaks mengenai COVID-19 atau isu kesehatan ini didasari oleh rasa ketakutan publik, bukan karena mereka menyukai kebohongan. Karena khawatir dan takut, mereka memutuskan untuk menyebarkan demi melindungi orang terdekat.
“Ada yang menikmati hoaks karena ketakutan, seperti isu-isu kesehatan, ‘Saya takut nih keluarga saya kena [penyakit], makanya saya kasih,” kata dia.
Selain itu, faktor dukungan atau keyakinan terhadap pihak tertentu juga bisa menjadi alasan penyebaran hoaks, terutama soal SARA dan politik.
Salah satu contoh yang diberikan oleh Yan: Ada pihak yang tidak menyukai Presiden Jokowi. Akhirnya, dia menyebarkan berita bohong soal sang Presiden.
“Hoaks itu ada polanya sendiri. Kalau kesehatan itu [akibat] ketakutan, kalau isu SARA atau politik itu keyakinan,” tutup Yan.
ADVERTISEMENT
Penyebaran hoaks memang sulit untuk ditampung akibat kebebasan penggunaan media sosial. Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Wenseslaus Manggut, mengatakan hal ini disebabkan oleh disrupsi digital yang dialami tak hanya di Indonesia, tetapi juga dunia.
=====
Ikuti survei kumparan dan menangi e-voucher senilai total Rp3 juta. Isi surveinya sekarang di kum.pr/surveinews