2 Warganya Tewas Akibat Ledakan di Lebanon, Prancis Nyatakan Ikut Investigasi

14 Agustus 2020 21:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Soerang pria berjalan di dekat lokasi ledakan di daerah pelabuhan Beirut, Lebanon. Foto: Mohamed Azakir/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Soerang pria berjalan di dekat lokasi ledakan di daerah pelabuhan Beirut, Lebanon. Foto: Mohamed Azakir/REUTERS
ADVERTISEMENT
Dua orang warga negara Prancis dikonfirmasi sebagai korban tewas ledakan di Lebanon. Pemerintah Prancis pun akan ikut menginvestigasi kasus ledakan tersebut, kata seorang sumber dari kejaksaan, Jumat (14/8).
ADVERTISEMENT
Dilansir AFP, penyelidikan diserahkan kepada dua hakim yang dapat memutuskan apakah Prancis dapat menuntut Lebanon atas ledakan yang terjadi pada 4 Agustus lalu.
Sebelumnya, kejaksaan Prancis pada 5 Agustus membuka kemungkinan penyelidikan atas "cedera tak disengaja" dengan menggunakan yuridiksi mereka untuk menyelidiki tindakan di luar negeri ketika warga negara Prancis turut menjadi korban.
Presiden Prancis Emmanuel Macron saat mengunjungi lokasi ledakan yang hancur di pelabuhan Beirut, Lebanon, Kamis (6/8). Foto: Thibault Camus/Pool via REUTERS
Kementerian Kesehatan Lebanon mengungkapkan, korban tewas kini mencapai 171 orang, lebih dari 6.000 orang terluka, 300.000 orang kehilangan rumahnya, dan 6.000 gedung hancur.
Sejak Juli, pejabat keamanan setempat sudah memperingatkan Perdana Menteri dan Presiden Lebanon bahwa amonium nitrat yang tersimpan di pelabuhan berpotensi meledak. Hal itu terungkap dari dokumen yang dilihat oleh kantor berita Inggris, Reuters, dan dikonfirmasi sumber otoritas keamanan Lebanon.
ADVERTISEMENT
Surat berisi laporan Dirjen Keamanan Negara tentang informasi potensi meledaknya amonium nitrat sudah dikirim ke Presiden Michel Aoun dan PM Hassan Diab pada 20 Juli 2020, kurang lebih dua pekan sebelum ledakan.
Seorang pejabat keamanan mengatakan, surat berisi hasil laporan penyelidik mengenai bahan kimia berbahaya di pelabuhan harus segera diamankan.
Hingga saat ini, Istana Kepresidenan Lebanon belum menanggapi permintaan komentar terkait surat pada 20 Juli 2020.