3 Fakta yang Mungkin Kamu Tak Tahu soal Israel

27 Juli 2020 15:03 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Kota Yerusalem Foto: Reuters/Ronen Zvulun
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Kota Yerusalem Foto: Reuters/Ronen Zvulun
ADVERTISEMENT
Selama bertahun-tahun Israel menuai banyak kecaman atas penindasannya terhadap Palestina. Mulai dari pembangunan tembok apartheid yang memisahkannya dengan Palestina, hingga pengepungan di Jalur Gaza maupun Tepi Barat. Begitu pula halnya dengan sekutu setia yang tak habis-habisnya mendukung, Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia misalnya, aksi bela Palestina diselenggarakan di Monas, Minggu (17/12), untuk menentang segala bentuk kekejaman Israel terhadap Palestina. Khususnya untuk menentang langkah Presiden AS Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Walaupun, sebenarnya sebelum pengakuan resmi tersebut, AS sudah menyatakan dukungan kepada Israel atas klaimnya terhadap Yerusalem.
Pada 1967, sekitar 200 ribu warga Yahudi menduduki Yerusalem. Situasi itu belanjut ketika kebijakan Partai Likud yang berkuasa di Israel pada 1977 menetapkan pembangunan pemukiman Yahudi di wilayah pendudukannya. Imbasnya, hingga tahun 2003 tak kurang dari 220 ribu warga Israel bermukim jalur Gaza.
Israel kemudian terus menggusur warga Palestina dan tak henti melakukan klaim atas berbagai wilayah di Palestina.
Kendaraan militer melintasi demonstran di Gaza. Foto: Reuters/Amir Cohen
Namun, terlepas dari konflik dengan Palestina, terdapat fakta - fakta menarik tentang Israel yang tak semua orang ketahui.
ADVERTISEMENT

Kuatnya Budaya Membaca

Israel merupakan negara yang menduduki peringkat pertama yang paling banyak menerjemahkan buku dari berbagai bahasa di dunia, seperti disebutkan dalam Israel Chamber of Commerce of the Philippines.
Hal itu membuat Israel dapat mengakses pengetahuan dari buku-buku di berbagai penjuru dunia. Kemampuan tersebut rupanya sebangun dengan budaya baca Israel yang tinggi. Masyarakat di Israel telah menanamkan kebiasaan membaca sebagai bagian dari rutinitas keseharian, misalnya ketika menunggu kendaraan umum.
Warga Israel biasa memanfaatkan Perpustakaan Halte Bus untuk menghabiskan waktu menunggu bus tiba. Meski tidak ada petugas perpustakaan, kebiasaan membaca yang baik telah mendorong warga Israel untuk tidak membuat keributan atau saling menggangu pembaca lain.
Salah satu perpustakaan itu berada di sepanjang Weizmann Street. Pada kedua sisi jalan tersebut terdapat rak-rak yang dipenuhi buku-buku dalam berbagai bahasa dan genre.
Ibu bisa membaca buku parenting Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Masyarakat dapat meminjam buku sambil menunggu bus, membacanya saat dalam perjalanan, dan mengembalikannya di manapun mereka turun dari bus. Mereka yang ingin menyelesaikan buku bacaan itu bisa membawanya pulang dan mengembalikannya beberapa hari kemudian.
"Warga di sini menaruh perhatian pada budaya membaca yang kuat," kata Wali Kota Kfar Saba, Yehuda Ben-Hamo, seperti dipetik dalam ynetnews.
"Untuk memenuhi kebutuhan warga, kami telah meluncurkan sebuah inisiatif yang membuat buku lebih mudah diakses oleh warga kami dan mendorong mereka untuk menggunakan transportasi umum sebagai bagian dari agenda kota yang sehat dan hijau,’’ imbuhnya.
Proyek tersebut diprakarsai oleh dua orang lulusan Fakultas Teknik Technion, Daniel Shushan dan Amir Matalon. Kepada Wali Kota Kfar Saba, kedua orang yang juga dikenal sebagai seniman jalanan itu menyampaikan gagasan tentang perpustakaan tersebut dengan tujuan memberi akses penduduk kota terhadap buku-buku berkualitas.
ADVERTISEMENT
Warga Israel juga diminta untuk menambahkan buku mereka sendiri ke rak-rak buku di pinggir jalan itu. Sehingga, di antara warga dapat berbagi pengetahuan melalui buku-buku yang mereka kumpulkan secara sukarela.
Israel juga menjadi negara dengan publisitas makalah ilmiah paling banyak di dunia, yaitu 109 jurnal ilmiah per 10 ribu orang. Terkait keunggulan ini, negara berpenduduk sekitar 8,7 juta jiwa itu juga memegang hak paten tertinggi atas kekayaan intelektual yang diajukan di seluruh dunia.
Tingkat melek literasi yang tinggi dalam masyarakat Israel juga tercermin dari banyaknya penduduk yang mengenyam pendidikan tinggi. Setidaknya terdapat 24 persen dari angkatan kerja Israel yang memiliki gelar sarjana dan 12 persen memiliki gelar lanjutan.
ADVERTISEMENT
Prestasi itu menempatkan Israel pada peringkat ketiga, setelah AS dan Belanda, di dunia industri.

Pusat Ilmuwan, Teknisi dan Perusahaan Teknologi Tinggi Dunia

Israel memimpin dunia dalam jumlah ilmuwan dan teknisi terbesar yang merupakan bagian dari angkatan kerja. Jumlahnya adalah 145 ilmuwan dan teknisi per 10 ribu orang. Jumlah itu dinilai lebih besar dibandingkan, misalnya, Amerika Serikat dengan 85 orang, Jepang dengan 70 orang dan Jerman yang lebih sedikit sepuluh orang di bawah Jepang.
Keunggulan ini membuat Israel menjadi negara yang mengisi 25 persen tenaga kerja di dunia yang berprofesi sebagai teknisi. Tidak mengherankan jika Israel juga dikenal sebagai negara yang meneliti dan mengembangkan teknologi tingkat tinggi (Hi-Tech) yang mumpuni di dunia.
ADVERTISEMENT
Beberapa pengembangan teknologi yang dikuasai Israel, di antaranya ialah Motorola, sistem operasi Window NT oleh Microsoft Israel, Chip Pentium MMX, voice mail, AOL Instant Messenger, pembangkit listrik tenaga surya berskala besar di Gurun Mojave California Selatan, dan fasilitas penelitian serta pengembangan Microsoft dan Cisco di Israel.
Perusahaan komputer, Microsoft. Foto: Lucy Nicholson/Reuters
Memiliki jumlah ilmuwan dan teknisi terbesar di dunia membuat jumlah startup di Israel merupakan yang terbesar kedua dunia di bawah Silicon Valley, AS, dengan 3.500 perusahaan hi-tech terbanyak yang ada dunia.
Bahkan untuk perkara yang tampaknya sepele, yakni jerawat, Israel telah mengembangkan perangkat pengobatan mutakhir ClearLigh. Perangkat itu menghasilkan sinar pita biru berintesitas tinggi yang dapat memacu jerawat merusak diri sendiri tanpa menganggu jaringan kulit.
ADVERTISEMENT

Israel Melarang Model Terlalu Kurus Pertama di Dunia

Pada awal 2013, Israel menjadi negara pertama di dunia yang mengeluarkan undang-undang melarang model memiliki tubuh terlalu kurus di bawah standar Body Mass index, yaitu tidak boleh kurang dari 18,5 kilogram.
Body Mass index umumnya banyak digunakan untuk mengklasifikasikan tipe tubuh, berat badan hingga target pencapaian yang ‘’gila-gilaan” dikejar oleh para model.
Namun, berbekal aturan itu pihak berwenang Israel memanfaatkannya untuk melawan gangguan makan atau Anoreksia nervosa (AN) yang lekat dengan dunia model. Anoreksia nervosa ditandai dengan penolakan mengonsumsi makanan hingga kecemasan berlebihan demi mempertahankan berat badan yang dianggap ideal.
Judy Siegel-Itzkovich dalam Law Againsts Anorexic Models Goes Into Effect, seperti dilansir Jerusalem Post, menyebutkan bahwa setiap tahun di Israel setidaknya ada sekitar 1.500 remaja yang mengalami kelainan makan dan 5 persen dari mereka menderita anoreksia hingga berbuntut kematian.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Israel juga bekerjasama dengan sejumlah organisasi di dunia modeling untuk mendukung aturan itu. Di antaranya ialah Milan Fashion Week dan Vogue & Council of Fashion Designer of America.
Di samping itu, kampanye global juga dilakukan untuk mempromosikan gaya hidup sehat melalui citra seorang model. Salah satunya adalah Stand Up For Fashion (STUFF) yang diinisiasikan oleh Yomi Abiola, model lulusan Universitas Columbia yang pernah berkecimpung di Vogue Italia, British Elle dan Harpes Bazar pada Oktober 2012.
Peraturan melarang model memiliki tubuh terlalu kurus kemudian diadopsi oleh Perancis pada 2015. Bahkan, akan dikenakan denda mencapai 75.000 euro atau sekitar 1 miliar rupiah bagi mereka yang melanggar.
ADVERTISEMENT
Tidak bisa disangkal, di samping tentang kekerasan Israel terhadap Palestina, ada sisi-sisi lain dari Israel yang membanggakan dan mungkin membuat kita segan untuk mengakuinya. Namun ada pula hal memalukan lainnya yang tenggelam di balik konflik.
***
Saksikan video menarik di bawah ini: