3 Hari Banjir, Belum Ada Posko Pengungsian di Duri Kepa, Jakbar

3 Januari 2020 11:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana banjir di komplek Pulo Indah perbatasan Jakarta Barat-Tangerang, Jumat (3/1). Foto: Abyan Faisal Putratam/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana banjir di komplek Pulo Indah perbatasan Jakarta Barat-Tangerang, Jumat (3/1). Foto: Abyan Faisal Putratam/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Curah hujan tinggi sejak di awal tahun 2020 menyebabkan banjir di sejumlah wilayah di Jakarta dan sekitarnya. Bahkan, hingga Jumat (3/1), banjir di sejumlah titik masih belum reda, salah satunya di Perumahan Pulo Indah, Duri Kepa, Jakarta Barat.
ADVERTISEMENT
Meski sudah dilanda banjir selama tiga hari, namun menurut warga sekitar, belum ada posko pengungsian yang didirikan oleh pemerintah. Padahal, hingga Jumat (1/1), genangan air masih setinggi 1 meter.
"Belum, kalau yang resmi belum kita hanya sesama warga saling bantu saling bangun sendiri lah," kata salah satu warga, Bobby, di lokasi.
"Tim SAR, BPBD, juga belum ada sama sekali. Yang resmi belum ada, belum ada yang turun," imbuhnya.
Suasana banjir di komplek Pulo Indah perbatasan Jakarta Barat-Tangerang, Jumat (3/1). Foto: Abyan Faisal Putratam/kumparan
Bobby juga mengeluhkan masalah tidak adanya dapur umum. Selain itu, bantuan medis dan pakaian layak pakai juga masih belum tersedia.
"Kekurangannya di sini, dapur umum, logistik, makanan, obat-obatan segala macam belum ada. Cuma bantuan ala kadarnya dari Pemprov, seperti perahu karet untuk evakuasi warga, tapi logistik semacam sarung, baju bekas belum ada," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, menurut warga lainnya, Slamet (47), sudah ada beberapa relawan dari LSM yang datang pada Kamis (2/1) lalu. Tak hanya itu, pihak TNI juga sudah turun untuk membantu evakuasi.
"Kalau TNI sudah semalam kalau dari Pemprov baru datang. Baru hari ini datang bantuan perahu karet sama perahu tabung. Kemarin LSM kebanyakan. Hari Rabu belum ada," imbuh Slamet.
Hingga saat ini, beberapa warga lebih memilih untuk mengungsi ke rumah kerabat. Sedangkan belasan warga lainnya terpaksa mengungsi di Klinik Yasa Husada.