3 Klaster Penyebaran Corona di DIY: Jemaah Tablig di Jakarta hingga GPIB Bogor

1 Mei 2020 21:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi penanganan corona.  Foto: REUTERS/Athit Perawongmetha
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penanganan corona. Foto: REUTERS/Athit Perawongmetha
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kasus pasien positif corona di DIY dari hari ke hari semakin meningkat. Hingga Jumat (1/5) tercatat ada 104 kasus pasien positif corona.
ADVERTISEMENT
Dari jumlah tersebut telah dilakukan penyelidikan epidemologi hingga contact tracing baik dari kasus terkonfirmasi positif, Pasien Dalam Pengawasan (PDP), hingga Orang Dalam Pantauan (ODP).
Hasilnya, diketahui ada tiga klaster besar penyebaran corona di DIY. Ketiga klaster tersebut dipicu dari kegiatan keagamaan. Dua klaster terkait jemaah tablig Jakarta (Masjid Jami Kebon Jeruk) dan satu klaster terkait Persidangan Sinode Tahunan (PST) GPIB di Hotel Aston Kota Bogor.
Ketiga klaster di DIY itu disebut sebagai Klaster Jemaah Tablig Sleman, Klaster Jemaah Tablig Gunungkidul dan Klaster GPIB Kota Yogya.
Ahli Epidemiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) yang juga Koordinator Tim Respons COVID-19 UGM, Riris Andono Ahmad, menjelaskan bahwa jumlah kasus terkonfirmasi dari ketiga klaster tersebut, mencapai proporsi lebih kurang 20 persen dari seluruh kasus yang terkonfirmasi.
ADVERTISEMENT
"Dua klaster jemaah tablig terkait kegiatan tablig di Jakarta jadi satu klaster ada di Gunungkidul dan satu klaster di Sleman. Dua orang yang menjadi awal adalah pulang dari Jakarta bersama. Satu (pulang) ke Sleman satu ke Gunungkidul. Dua orang itu bersama-sama ke Jakarta," kata Doni sapaan akrab Riris dalam jumpa pers di Kantor BPBD DIY, Jumat (1/5).
Riris menjelaskan di Gunungkidul dari satu orang jemaah tablig Jakarta itu membuat klaster yang terdiri dari 18 kasus. Dari 18 kasus tersebut 6 orang di antaranya positif corona. 11 orang lainnya hasil rapid tes positif atau reaktif. Sementara 1 orang lainnya meninggal dunia dengan status PDP sebelum dites swab.
"Kasus ini bermula dari satu orang jemaah pulang dari Jakarta dan menularkan kepada PDP dan PDP ini yang mempunyai banyak jejaring dengan kasus lainnya," kata Doni.
ADVERTISEMENT

Klaster Jemaah Tablig Sleman

Doni yang juga anggota Tim Perencanaan Data dan Analisis Gugus Tugas Covid-19 DIY menjelaskan, satu orang dari jemaah tablig Jakarta yang pulang ke Sleman kemudian menjadi klaster baru yaitu Klaster Jemaah Tablig Sleman.
"Ada 24 kasus (Klaster Tablig Sleman) di mana kemudian sebagian besar itu adalah kasus terkonfirmasi dan kasus di Sleman kita petakan sudah generasi ketiga. Sedangkan Gunungkidul sampai generasi kelima," ujar Doni.
Lanjutnya, jemaah tablig asal India yang diketahui 4 orang positif juga masuk ke dalam klaster ini. Pihaknya melakukan screening kepada mereka di satu tempat yang mana berkaitan dengan klaster ini.
"Jemaah dari India bisa juga karena kita tidak tahu. Memang dari Jakarta ke Yogya tapi sebelum dari Jakarta tidak tahu ke mana. Bisa jadi ada koinsiden. Kita screening di satu tempat maka dimasukkan ke klaster Sleman. Kita bicara transmisi bukan kewarganegaraan," ujarnya.
ADVERTISEMENT

Klaster GPIB Kota Yogya

Sedangkan untuk kasus ketiga yaitu Klaster GPIB Kota Yogya, Doni mengatakan bahwa klaster ini bermula dari berangkatnya 3 perwakilan GPIB dari Yogyakarta yang yang pulang dari pertemuan Sinode GPIB di Hotel Aston, Kota Bogor pada bulan Maret. Penularan kasus pada jemaah GPIB terjadi karena adanya kegiatan dalam lingkungan gereja.
"Kasus ketiga yang cukup besar di gereja berasal dari kegiatan GPIB di Bogor dan ada 3 anggota yang dari jemaah gereja menjadi perwakilan dan pulang dan ada kegiatan bersama-sama pergi ke daerah di Semarang dan ada pertemuan di gereja," katanya.
"Dari kasus ini ada 17 kasus dengan 2 kasus terkonfirmasi (positif corona), 3 PDP dan selebihnya kasus yang positif terhadap rapid test," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Setelah Sidang Sinode di Bogor itu memang ada pertemuan di gereja GPIB di Yogya. Menurut Doni, pertemuan itu dihadiri jemaah baik dari Bantul, Yogya, dan Sleman.
"Pertemuannya di bulan Maret belum terjadi paskah itu terpisah dari event Paskah. Dan GPIB secara proaktif lapor ke kita," katanya.
Sementara itu, terkait ketiga klaster ini Wakil Sekretaris Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Biwara Yuswantana menjelaskan bahwa pihaknya telah membuat surat edaran kepada kabupaten terkait untuk segera melakukan pemeriksaan massal.
"Langkah pertama gugus tugas membuat surat edaran ke tiga kabupaten yang terjadi peningkatan Sleman, Bantul, Gunungkidul. Diharapkan bisa melakukan pemeriksaan secara massal dan bisa ditemukan penyebaran atau transmisinya. Untuk langkah lebih lanjut kita bicara data dulu," kata Biwara.
ADVERTISEMENT
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.