3 Politisi yang Ditawari Mafia Jual Beli Suara di Malaysia

13 April 2019 6:28 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Surat suara yang sudah dicoblos, dimasukan ke dalam kotak suara pada simulasi pemungutan dan penghitungan suara Pemilu 2019 di halaman Gedung KPU, Jakarta, Selasa (12/3). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Surat suara yang sudah dicoblos, dimasukan ke dalam kotak suara pada simulasi pemungutan dan penghitungan suara Pemilu 2019 di halaman Gedung KPU, Jakarta, Selasa (12/3). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Kasus penemuan surat suara tercoblos 01 Jokowi - Ma'ruf dan caleg NasDem dapil DKI Jakarta 2, Achmad, di Selangor, Malaysia, menguatkan dugaan adanya praktik jual beli suara di negeri jiran itu. Pasalnya, sejumlah politisi mengaku pernah ditawari praktik jual beli suara di Malaysia.
ADVERTISEMENT
Berikut 3 politisi yang ditawari praktik jual beli suara di Malaysia:

Masinton Pasaribu

Anggota Komisi III Fraksi PDIP Masinton Pasaribu. Foto: Aldis Tannos/kumparan.
Politikus PDIP Masinton yang juga caleg dapil DKI Jakarta 2 (Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan luar negeri) mengaku tahu adanya praktik kecurangan ini.
"Ini di Malaysia bahwa informasi yang masuk ke saya ada semacam sindikat atau mafia ini jual beli surat suara. Ini sudah menjadi rahasia umum, setiap pemilu pasti ada," jelas Masinton kepada kumparan, Kamis (11/4) malam.
Meski sempat ditawari, namun secara tegas Masinton menolaknya. Menurutnya, satu suara di Malaysia dijual seharga 15 ringgit atau sekitar Rp 50 ribu.
"Saya juga ditawari kemarin, ya saya menolaknya. Saya cuma ingin tahu saja. Kalau enggak salah satu surat suara 15 ringgit Malaysia sekitar Rp 50 ribu," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Masinton menduga mafia jual beli suara ini memiliki jaringan hingga kedutaan dan panitia pemilihan luar negeri (PPLN). Ia pun mendesak agar Bawaslu segera menindak hal ini.
"Surat suara bisa sampai ke mafia ini kan harus ditelusuri, itu kan pasti. Ini kan berjejaring bisa sampai di kedutaan, di oknum-oknum PPLN sendiri. Di Malaysia pasti tahu lah. Tugas Bawaslu harus menelusuri ini dong," terangnya.

Eggi Sudjana

Eggi Sudjana, politikus PAN. Foto: Garin Gustavian Irawan/kumparan
Senada dengan Masinton, caleg Dapil DKI Jakarta 2 asal PAN, Eggi Sudjana, mengaku setiap satu suara di Malaysia dijual dengan harga yang bervariasi.
"Ada borongan. Misalnya 1 suara ada yang sebut 20 ringgit (sekitar Rp 68 ribu) ada yang sebut 5 ringgit (17 ribu) per satu suara," kata Eggi usai melapor di Gedung Bawaslu, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (12/4).
ADVERTISEMENT
Eggi menjelaskan ada syarat tertentu jika ingin menggunakan jasa calo suara itu, yaitu membeli secara borongan dengan jumlah minimal.
"Minimal mesti dibeli 10 ribu ringgit (sekitar Rp 34 juta) kalau 10 ribu suara kali 20 ringgit lumayan itu. Di atas 200 juta. Oleh karena itu ini peristiwa ini satu bukti nyata," jelas pengacara Persaudaraan Alumni (PA) 212 itu.
Sejumlah petugas melipat surat suara presiden dan wakil presiden Pemilu 2019 di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta Barat, Selasa (19/2). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Eggi menganggap praktik jual beli suara di Malaysia sebagai bentuk kecurangan Pemilu 2019 yang perlu diwaspadai. Menurutnya, gerakan people power atau kekuatan rakyat seperti yang dilansir politikus senior PAN Amien Rais perlu dilakukan.
"Dugaan Pak Amien, kita, Pak Prabowo, soal adanya kecurangan-kecurangan bukan ilusi, maka konsekuensi people power bisa terjadi jika tidak diurus sebaik-baiknya," ucap Eggi.
ADVERTISEMENT
"Jokowi enggak bisa mengelak lagi, Bapak inilah kecurangan yang dasar. Patut diduga (pemilu) 2014 terjadi kecurangan cuma enggak kebongkar," tutup Eggi.

Basri Kinas Mappaseng

Caleg DPR RI Partai Gerindra, Basri Kinas Mappaseng. Foto: Dok. Pribadi
Tak ketinggalan, politikus Partai Gerindra Basri Kinas Mappaseng, mengaku pernah dihubungi oleh sejumlah WNI yang menawarkan transaksi jual beli suara di Malaysia.
"Bahasanya begini, kalau Bapak mau bertanding, memperlihatkan program, sebagus apa pun kalau di Malaysia enggak begitu. Tinggal dibayar saja selesai," ungkap Basri di Kantor Bawaslu, Jumat (14/4).
Menurut Basri, oknum-oknum WNI tersebut mematok harga antara 15-25 ringgit per suara. Oknum tersebut, kata Basri, menjanjikan bisa memberikan 30-40 ribu suara.
"Kalau saya ada 4-5 orang (menawarkan). Ini masif sekali, disuruh nego tergantung basis massa. Dia bisa kasih 30-40 ribu suara," jelasnya.
Caleg DPR RI dari Partai Gerindra, Basri Kinas Mappaseng, melaporkan dugaan jual beli suara di Malaysia ke Bawaslu. Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
Mengetahui adanya praktik kecurangan ini, Basri kemudian melaporkannya ke Bawaslu. Basri membawa sejumlah barang bukti dalam pelaporannya, yakni rekaman percakapan telepon dan tangkapan layar percakapan di aplikasi WhatsApp.
ADVERTISEMENT
"Saya datang melapor untuk melengkapi supaya data buktinya ada, dan bahwa ini memang harus ditindaklanjuti. Karena kalau dibiarkan bahaya, karena suara di luar negeri 2 juta 50 ribuan suara. Cukup besar," ujar Basri.
Basri Kinas Mappaseng, Eggi Sudjana dan Masinton Pasaribu. Foto: Maulana Ramadhan/kumparan, Helmi Afandi/kumparan dan Irfan Adi Saputra/kumparan
Sementara itu, Komisioner KPU Ilham Saputra mempertanyakan cara kerja calo menjamin suara bagi para caleg dapil luar negeri. Sebab, menurut Ilham, suara diberikan oleh pemilih satu kali saat di TPS, sehingga tidak ada celah untuk memanipulasi suara.
"Saya enggak mengerti itu dari mana ya. Gimana calo itu bekerja? Ya, enggak bisa, kan dalam aturan jelas, bahwa orang itu yang harus datang. Kecuali dia melalui pos, melalui pos, gimana mau dicalokan? Orang (surat suara) datangnya langsung ke dia kok," kata Ilham di Kantor KPU Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (22/3).
Anggota KPU Ilham Saputra. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Ilham memastikan, kecil kemungkinan adanya praktik jual beli suara dalam Pemilu 2019 di luar negeri. Menurutnya, ada anggota Bawaslu juga yang ikut mengawasi di lapangan, termasuk saksi.
ADVERTISEMENT
"Jadi yang dikhawatirkan itu di Malaysia, gimana kerja calo itu? Gimana bentuknya? Wong kita di TPS jelas dia (pemilih) harus punya paspor, harus tunjukan e-KTP dan kita lihat langsung orangnya. Bahkan ada yang pakai barcode, di Singapura pakai barcode, di Perth pakai barcode," ujar Ilham.
Beredar sebuah video berdurasi lima menit yang memperlihatkan surat suara untuk Pemilu 2019 Indonesia di Selangor, Malaysia, sudah tercoblos. Surat suara yang tercoblos itu disimpan dalam sebuah ruko tak berpenghuni.
Dalam video itu, tampak surat suara pilpres tercoblos untuk pasangan 01 Jokowi - Ma'ruf Amin. Sementara untuk pileg DPR RI tercoblos untuk caleg bernama Achmad dari Partai NasDem dengan nomor urut 03. Namun, belum diketahui secara pasti kapan video itu diambil.
ADVERTISEMENT
Bawaslu menduga surat suara yang tercoblos itu untuk pemilu via pos. Teknis pencoblosan di luar negeri dibagi menjadi tiga macam. Pertama, mencoblos secara langsung di TPS yang ada di KBRI/KJRI. Kedua, mencoblos melalui kotak suara keliling (KSK). Ketiga, mencoblos via pengiriman pos
--------------------------------------
kumparan akan menayangkan live streaming debat terakhir Pilpres 2019 pada Sabtu (13/4). Live streaming debat dengan tema ‘Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial, Keuangan dan Investasi serta Perdagangan dan Industri’ dapat disaksikan di semua platform kumparan atau melalui channel Youtube kumparan.
Poster Pemilu 2019. Foto: kumparan