6 Bulan Corona Mewabah di Indonesia, Belum Ada Tanda-tanda Berakhir

2 September 2020 9:26 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Pada hari ini, 2 September 2020, penyebaran virus corona di Indonesia tepat menginjak tempo 6 bulan. Pandemi ini resmi masuk Indonesia saat muncul kasus 1 dan 2 pada 2 Maret 2020 lalu.
ADVERTISEMENT
Kala itu, Presiden Jokowi didampingi Menteri Kesehatan Terawan mengumumkan kasus 2 warga Depok terjangkit corona di Istana Merdeka. Jokowi menyebut pemerintah siap untuk menangani kasus perdana tersebut.
"Kita juga miliki SOP yang standarnya sama dengan standar internasional yang ada. Kita juga miliki anggaran dan sudah diprioritaskan. Karena kalau tidak serius, ini sangat berbahaya karena penyakit ini perlu kita waspadai," ujar Jokowi, Senin (2/3).
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Menkes Terawan Agus Putranto saat konferensi pers terkait virus corona di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (2/3). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Sejak kasus pertama tersebut, kasus positif corona meningkat secara gradual. Baik dari kasus impor maupun transmisi lokal. Sejumlah prediksi puncak corona pun bermunculan untuk menenangkan masyarakat.
Misalnya, Jokowi menargetkan, kurva corona di bulan Mei sudah harus turun. Ada juga beberapa prediksi dari akademisi perguruan tinggi tentang puncak corona akan berlangsung hingga akhir April hingga pertengahan Mei. Selain itu terdapat prediksi dari BIN yang menyebut corona akan memuncak akhir Juli.
ADVERTISEMENT
Namun, semua prediksi tersebut meleset lantaran pertumbuhan kasus positif corona di Indonesia hingga kini masih terus menanjak dan belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.
Data Kementerian Kesehatan sebagaimana diolah kumparan, menunjukkan kenaikan konsisten pertumbuhan kasus corona dalam 6 bulan penyebaran corona di Indonesia.
Pertumbuhan kasus ini menanjak terus dari hanya 1.677 pada bulan pertama, hingga mencapai 67.635 pada bulan keenam. Jika dirata-ratakan, ada 29.595,1 kasus setiap bulannya.
Setiap bulan, kasus dihitung sejak tanggal 2 hingga tanggal 1 bulan depannya menyesuaikan dengan awal mula penyebaran wabah pada 2 Maret 2020. Penghitungan dengan periode semacam ini memungkinkan adanya perbedaan jumlah hari tiap bulannya, sebab terdapat bulan yang memiliki 30 hari dan 31 hari.
ADVERTISEMENT
Menanjaknya kasus baru corona setiap bulannya memang berbanding lurus dengan meningkatnya jumlah tes individu yang dilakukan pemerintah.
Menggunakan tes PCR dan TCM, pemerintah secara konsisten mampu meningkatkan jumlah tes individu setiap bulannya. Dari hanya 6.860 tes pada bulan pertama, hingga mencapai 436.583 tes pada bulan keenam.
Meski meningkat, jumlah tes corona di Indonesia masih belum mencapai standar WHO. Dengan jumlah penduduk sekitar 267 juta orang, standar tes Indonesia per minggu di angka 267.000 tes.
Jubir Satgas Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengungkapkan, per 30 Agustus baru mencapai 46,85 persen.
Lalu kita bicara indikator lainnya yakni positivity rate.
Positivity rate merupakan persentase kasus positif yang ditemukan dari jumlah orang yang dites. Semakin besar persentase positivity rate, maka semakin tinggi pula kemungkinan kasus corona yang belum terdeteksi. Karenanya, semakin kecil angkanya semakin baik karena kasus terdeteksi semakin banyak.
ADVERTISEMENT
Salah satu kriteria epidemiologi versi WHO yang jadi indikasi bahwa wabah corona terkontrol, yakni persentase positivity rate bisa turun di bawah 5 persen.
Dari 6 bulan penyebaran corona di Indonesia, ternyata positivity rate paling rendah ada pada bulan ketiga. Pada periode 2 Mei - 1 Juni tersebut positivity rate menyentuh angka 10,53 persen. Setelahnya, meningkat terus hingga bulan keenam sebesar 15,49 persen.
Ini berarti, pemerintah masih perlu menggencarkan tes agar angkanya dapat diturunkan sesuai rekomendasi atau kriteria WHO.

Kasus Sembuh dan Meninggal Akibat Corona

Kabar baiknya, peningkatan pertumbuhan orang yang sembuh dari COVID-19 juga terjadi dalam 6 bulan ini. Bulan pertama, hanya ada 103 orang yang sembuh. Pada bulan keenam, jumlah itu meningkat menjadi 60.138.
ADVERTISEMENT
Adapun korban yang meninggal akibat terjangkit corona juga belum bisa ditekan. Pertumbuhan orang yang meninggal karena corona masih terus menanjak setiap bulannya dalam 6 bulan terakhir.
Pada 3 bulan pertama, setiap bulan angka kematian akibat corona masih di bawah 1.000. Namun 3 bulan berikutnya angka kematian sudah di atasnya. Bahkan 2 bulan terakhir di atas 2.000 kematian setiap bulannya.
Jumlah kematian akibat virus corona berasal dari beragam latar belakang. Termasuk 100 orang dokter yang gugur turut menangani corona.
Belakangan, pemerintah terus mewanti-wanti masyarakat waspada karena penyebaran corona belum berakhir. Bahkan, menurut Ketua Satgas Covid-19 Letjen TNI Doni Monardo ditemukannya vaksin juga tak serta merta membuat wabah berakhir.
"Setelah vaksin diberikan ke masyarakat, tidak serta merta Covid ini berakhir. Covid mungkin akan selalu ada di sekitar kita," kata Doni dalam rapat dengan DPR, Kamis (27/8).
ADVERTISEMENT
WHO juga mengingatkan secara khusus kepada negara-negara yang penyebaran kasus coronanya masih tinggi agar bisa mencegah terjadinya penularan yang lebih masif. Sebab, jika membuka diri namun tanpa pengendalian virus, maka akan menjadi resep bencana.
"Tidak ada negara yang bisa berpura-pura pandemi telah berakhir. Kenyataannya, virus ini menyebar dengan mudah. Terbuka tanpa kendali adalah resep bencana," ucap Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip Reuters, Selasa (1/9).
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.