7 Langkah Kendalikan Stres Saat Menghadapi Pandemi Corona

20 Maret 2020 20:20 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mobil ambulans Dinas Kesehatan Depok yang diduga membawa pasien positif corona tiba di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara, Senin (2/3). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mobil ambulans Dinas Kesehatan Depok yang diduga membawa pasien positif corona tiba di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara, Senin (2/3). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Tak sedikit masyarakat yang cemas dan khawatir tertular virus corona. Mengingat jumlah pasien positif virus corona di Indonesia saat ini mencapai 369 orang dan 25 di antaranya meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Kekhawatiran ini yang membuat masyarakat menjadi stres. Padahal di tengah pandemi virus corona, kondisi fisik dituntut tetap fit dan bugar.
Kepala Bagian Perkembangan Anak, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB, Dr Dwi Hastuti, mengatakan stres merupakan ketegangan atau tekanan emosional seseorang yang sedang menghadapi tuntutan yang sangat besar atau adanya hambatan yang mempengaruhi emosi, pikiran, dan kondisi fisik seseorang.
Sejumlah pengguna angkutan kereta rel listrik (KRL) mengenakan masker di Stasiun Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (3/3). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Sumber stres dapat bersifat personal yang berasal dari diri atau lingkungan terdekat maupun masyarakat
"Saat ini setiap individu mengalami sumber stres berupa tekanan yang berasal dari lingkungan, karena perasaan cemas, takut, ketidakberdayaan, dan ketidakmampuan berbuat atas adanya pandemik global virus corona," ungkap Dwi dalam siaran pers IPB yang diterima kumparan, Jumat (20/3).
ADVERTISEMENT
Untuk itu, Dwi memberi tips 7 langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan mengendalikan stres di tengah pandemi virus corona saat ini. Berikut langkah-langkahnya:
Pertama, harus tetap berpikir jernih, tidak panik atas informasi yang terkait dengan adanya penyakit COVID-19. Sebab menurut Dwi, kepanikan akan menyebabkan seseorang sulit mencari dan menemukan solusi menyelesaikan masalah. Kepanikan ini terkadang akan menularkan kepanikan ke orang lain.
“Jadi disarankan untuk berpikir lebih dulu, cari informasi dari sumber berita yang dapat dipercaya dan akurat,” ujarnya.
Dwi menjelaskan positive reframing adalah salah satu dimensi coping yang bertujuan untuk mengelola emosi dan mengubah cara berpikir menjadi lebih positif.
ADVERTISEMENT
"Kadangkala mengurangi akses pada berita negatif, berita hoaks, atau berita yang menakutkan akan membantu membuat framing yang positif," jelas Dwi memberi contoh.
Dr. Dwi Hastuti, Kepala Bagian Perkembangan Anak, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB University. Foto: Dok. IPB University
Ketiga, merancang dan melakukan kegiatan yang dapat menyibukkan secara positif dan berpikir positif. Seperti, membuat daftar kegiatan yang selama ini tidak dapat dilakukan atau tertunda dilakukan.
"Merancang atau melakukan antisipasi atas risiko yang mungkin terjadi juga mungkin dapat disusun. Misalnya, menyiapkan daftar dan stok belanja pangan dan non pangan untuk beberapa waktu ke depan, atau mengerjakan bersih-bersih kamar dan lain-lain,” terang Dwi.
Keempat, membentuk emosi positif dengan merelaksasi tubuh. Dwi mengatakan, cara ini bisa dilakukan dengan menarik napas, berjemur, dan berolahraga ringan sebisa mungkin.
ADVERTISEMENT
"Hindari emosi negatif seperti berburuk sangka, curiga dan menyebar informasi buruk yang justru akan memperparah situasi sekitar," terangnya.
Ilustrasi Corona. Foto: Indra Fauzi/kumparan
Kelima, mencari dukungan dari lingkungan terdekat. Menurut Dwi, keluarga adalah yang paling dapat memberikan hal ini. Baik berupa dukungan keuangan, keamanan, emosi, simpati, rasa nyaman, dan terhindar dari rasa takut sendirian, kesepian dan sebagainya.
Cara ini sama dengan mencari dukungan ke orang terdekat. Hanya saja instrumental support dapat dilakukan dengan mencari bantuan nasihat atau informasi dari para ahli atau narasumber yang dapat dipercaya dan membantu menyelesaikan tekanan emosi.
"Upayakan untuk tidak meminta bantuan kepada orang yang tidak dapat dipercaya, karena kerapkali akan menimbulkan masalah baru," kata Dwi.
Ilustrasi corona. Foto: Dok: Maulana Saputra/kumparan.
ADVERTISEMENT
Kemudian, menerima sumber stres. Dwi menjelaskan menerima sumber stres adalah mengakui peristiwa pandemi atau apa pun yang terjadi adalah takdir yang tidak dapat dihindari oleh setiap manusia.
Bersikap menerima (acceptance) juga membentuk rasa kepasrahan, yang akan menimbulkan rasa “kecil” kita sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
“Kedekatan kita kepada Allah Yang Maha Esa akan menjadi sumber kekuatan utama di saat perasaan tak berdaya sebagai manusia muncul. Latihlah diri kita untuk mendekatkan diri kepadaNya. Mintalah pertolonganNya untuk memberikan rasa pasrah dan ikhlas atas cobaan ini,” kata Dwi.
Infografis Virus Corona. Foto: Masayu Antarnusa/kumparan
Menurut Dwi, tujuh langkah di atas adalah ikhtiar dan upaya yang dapat dilakukan setiap individu dalam menghadapi tekanan emosi atau stres.
ADVERTISEMENT
"Terlepas dari semua itu, maka upaya untuk mengatasi masalah stress akan kembali kepada diri kita masing-masing. Kedekatan kepada Tuhan adalah langkah paripurna dalam upaya mengendalikan stressor apa pun yang dihadapi," pungkasnya.