9 Pemimpin Negara Konfirmasi Kehadiran di KTT G20 di Bali: Saudi hingga Brasil
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Indonesia tengah menempati posisi penting dalam panggung internasional. Sebab, Indonesia memegang presidensi G20 sepanjang 2022, dan kemudian akan mengetuai ASEAN pada 2023.
Tanggung jawab tersebut tidak singgah tanpa tantangan. Pemerintah Indonesia telah membendung tekanan dari Barat yang menuntut untuk mengecualikan Rusia dari G20 akibat menginvasi Ukraina.
Agresi militer itu mengantarkan pula krisis pangan, energi, dan ekonomi. Ketiganya tentu menjadi sorotan dalam forum internasional mendatang. Ancaman nuklir dari Semenanjung Korea hingga eskalasi konflik antara China dan Taiwan turut memberikan beban tambahan.
Kendati demikian, dinamika itu tidak mencegah para pemimpin untuk menyempatkan hadir dalam KTT G20. Sejauh ini, Kemlu RI mendapati konfirmasi dari sembilan negara serta satu lembaga internasional.
Pihaknya mendapatkan kabar tersebut melalui jalur tertulis maupun informal. Namun, Kemlu RI menggarisbawahi, konfirmasi itu belum bersifat final.
ADVERTISEMENT
"Terkait dengan kepala negara yang sudah memberikan konfirmasi untuk kehadiran di KTT G20, memang ini prosesnya masih berlangsung," terang Direktur Pembangunan, Ekonomi, dan Lingkungan Hidup, Hari Prabowo, saat Media Briefing di Jakarta pada Senin (12/9).
"Ini masih memang merupakan indikasi, belum merupakan list [daftar] yang final karena masih terus berlangsung. Namun, beberapa yang sudah kita dapat adalah Argentina, Australia, Brasil, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Kamboja, Singapura, Suriname, dan World Bank. Sekali lagi, konfirmasinya masih terus dilakukan," lanjut dia.
Presiden RI, Joko Widodo, juga sempat menyinggung kehadiran sejumlah negara lainnya. Dalam wawancara dengan Bloomberg, Jokowi mengungkap kabar kedatangan China dan Rusia. Tetapi, kedua pihak tersebut belum mengonfirmasikan pernyataan Jokowi.
ADVERTISEMENT
"[Presiden China] Xi Jinping akan datang. Presiden [Rusia Vladimir] Putin juga mengatakan kepada saya bahwa dia akan datang," jelas Jokowi, dikutip dari Bloomberg, Senin (12/9).
Kehadiran Putin dapat mempertemukannya dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. Pasalnya, dia sempat mengungkap niat untuk menghadiri pertemuan mendatang mengikuti situasi di negaranya.
Agenda tersebut akan menjadi pertemuan tatap muka pertama antara kedua presiden itu sejak invasi Rusia. Pembicaraan mendatang tidak hanya menempatkan Ukraina dan Rusia dalam posisi sulit.
Pertemuan puncak itu juga akan menyoroti ketegangan dengan Amerika Serikat (AS). Barat berulang kali menjatuhkan sanksi kepada Rusia usai menyerang Ukraina pada 24 Februari. Namun, China menolak mengutuk invasi maupun memberikan sanksi bagi Rusia.
Keputusan itu telah menimbulkan keretakan dalam hubungan antara China-AS. Terlebih, China kembali dibuat naik pitam berkat kunjungan Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, ke Taiwan.
ADVERTISEMENT
Jokowi mengakui kemungkinan imbas dari isu geopolitik yang kian menjulang. Namun, dia menekankan, negara-negara seharusnya mengalihkan perhatian pada krisis yang tengah menggerogoti dunia.
"Rivalitas negara-negara besar memang mengkhawatirkan," ungkap Jokowi.
"Yang kita inginkan agar kawasan ini stabil, damai, sehingga kita bisa membangun pertumbuhan ekonomi. Dan menurut saya bukan hanya Indonesia, negara-negara Asia juga menginginkan hal yang sama," tambah dia.