Abdul Somad Jelaskan Kronologi Pengadangan saat Ceramah di Denpasar

10 Desember 2017 16:00 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ustaz Abdul Somad mengajaran di Suku Talang Mamak. (Foto: Instagram/@ustadzabdulsomad)
zoom-in-whitePerbesar
Ustaz Abdul Somad mengajaran di Suku Talang Mamak. (Foto: Instagram/@ustadzabdulsomad)
ADVERTISEMENT
Abdul Somad, da'i yang tengah naik daun, ini kembali menjadi perbincangan setelah didatangi oleh sekelompok orang saat akan memberikan ceramah di Denpasar, Bali. Abdul Somad juga dipaksa untuk mencium bendera merah-putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
ADVERTISEMENT
Melalui keterangan tertulisnya yang diterima Minggu (10/12), Abdul Somad menceritakan kronologi kejadian tersebut sekaligus memberikan klarifikasi.
Kamis, 7 Desember 2017
Kejadian tersebut berawal saat ia mendapatkan undangan ceramah di Masjid Baiturrahmah Wanasari Kp. Jawa dan Masjid An-Nur Jln. Diponegoro Denpasar.
Namun, sebelum pergi, Abdul Somad mendapatkan berita di grup Whatsapp, bahwa ia bisa diterima di Bali jika mau berikrar di Rumah Kebangsaan. Permintaan ini disampaikan oleh Koalisi Rakyat Bali (KRB). Syarat ini kemudian ditolak oleh Abdul Somad karena ia merasa bukan pemberontak, tidak terdaftar di ormas terlarang dan masih aktif mengajarkan paham kebangsaan di sekolah-sekolah.
Ia pun mengirimkan pesan ke panitia acara, jika ia tetap diminta untuk melakukan ikrar kebangsaan, ia tidak akan hadir. Pesan tersebut kemudian ditanggapi oleh panitia yang memastikan pihakya masih melakukan dialog dengan Polda Bali.
ADVERTISEMENT
Jumat, 8 Desember 2017
Pukul 00.15 WIB: Abdul Somad mengirimkan WhatsApp kepada panitia acara untuk menanyakan keputusan terkait masalah ikrar kebangsaan. Pertanyaan tersebut mendapatkan respons dari panitia sekitar empat jam kemudian yang menyatakan masalah kedatangannya sudah clear.
"Kami koordinasikan ke berbagai pihak, tafadh-dhol Ustad untuk berangkat. Saya fahami dari WA ini bahwa masalah sudah clear," ujar Somad.
Pukul 12.30 WITA: Abdul Somad mendarat di Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Panitia yang yang bertugas menjemput kemudian membawanya ke hotel untuk makan dan istirahat.
Pukul 16.00 WITA: Saat istirahat di hotel, Abdul Somad tiba-tiba dibangunkan. Ia merasa curiga telah dijebak. Ia pun meminta kepada timnya untuk membeli tiket. Ia menyebutkan, saat itu dipaksa ke salah satu ruangan hotel dan sudah ditunggu sekitar 10-15 orang.
ADVERTISEMENT
"Mereka meminta saya berikrar. Saya klarifikasi bahwa semua yang dituduhkan ke diri saya adalah fitnah," ujar Abdul Somad.
Namun, karena menolak untuk mengucapkan ikrar kelompok tersebut kemudian melayangkan kata-kata kasar yang tidak pantas padanya. Ia pun memilih kembali ke kamar hotel, dan bersiap-siap ke Jakarta.
Pukul 17.00 WITA: Ketua PW NU Bali yang awalnya mendampingi khawatir memikirkan kemungkinan yang bisa terjadi jika Abdul Somad tidak segera kembali ke Jakarta. Pihak Hotel Aston tempatnya menginap juga memberikan informasi situasi di sekitar hotel yang tidak terkendali dengan adanya massa KRB yang melakukan demo penolakan.
Seorang polisi masuk ke kamar Abdul Somad, dan menjelaskan ada jalan lain di belakang hotel menuju ke mobil. Jalur tersebut, bisa digunakan jika ingin meninggalkan hotel karena situasi di bagian depan sudah tidak terkendali.
ADVERTISEMENT
Kapolresta Denpasar dan Dandim ikut masuk dan meminta Abdul Somad untuk mempertimbangkan keselamatan umat. Pasalnya, di Masjid An-Nur, sudah ada 5.000-an jamaah yang siap datang ke hotel.
Ustaz Abdul Somad mengajaran di Suku Talang Mamak. (Foto: Instagram/@ustadzabdulsomad)
zoom-in-whitePerbesar
Ustaz Abdul Somad mengajaran di Suku Talang Mamak. (Foto: Instagram/@ustadzabdulsomad)
Pukul 18.00 WITA: Abdul Somad beserta semua yang ada di ruangan tersebut menuju ke ruangan mediasi awal. Kapolresta Denpasar Kombes Pol Hadi Purnomo memberikan sambutan singkat, sementara Gus Yadi membawa bendera yang dicium semua yang ada di ruangan.
Abdul Somad dan timnya keluar menuju lobi hotel dengan pengawalan ketat. Pengunjuk rasa yang berada di luar menyambut sambil berteriak ramai.
"Nyanyikan (Indonesia Raya) dari hati, jangan di mulut saja!".
Mereka pun menyanyikan Indonesia Raya, kemudian bersalaman. Saat bersalaman, massa demo menarik dan mencengkeram kuat sebelum Abdul Somad kembali ke kamarnya.
ADVERTISEMENT
Setelah salat Isya, Abdul Somad dan rombongan menuju ke Masjid An-Nur untuk memberikan ceramah sekitar 100 menit.
Pukul 22.00 WITA, Abdul Somad kembali ke hotel dan mendapatkan permintaan live call dari TVOne.
Sabtu, 9 Desember 2017.
Kajian subuh di Masjid Baiturrahmah berjalan lancar. Seharian penuh, Abdul Somad beristirahat dan hanya menyambut tamu dan jemaah yang datang ke hotel. Baru menjelang maghrib, datang perwakilan dari PW NU, Muhammadiyah, MUI Bali dan GNPF.
Usai salat Isya, ia dan rombongannya menuju ke Masjid Baiturrahmah Tabligh Akbar terakhir.
Minggu, 10 Desember
Setelah salat subuh, ia dan timnya menuju bandara dengan didampingi perwakilan MUI, GNPF, dan kepolisian. Namun, Abdul Somad mengungkapkan, berita di media sosial bahwa ia menolak ikrar karena anti-NKRI masih muncul di media sosial.
ADVERTISEMENT
"Jemaah tersakiti karena mereka menuduh saya tidak berani pulang karena sudah termakan honor. Saya sampaikan, ini fitnah. Semua honor di Bali sudah saya kembalikan ke panitia," ujar Abdul Somad.
Atas kejadian tersebut, Abdul Somad berharap ada tindakan hukum yag dijatuhkan kepada kelompok yang dianggap telah merusak kebinekaan yang terjaga di Bali selama ini. Ia menyebutkan, kehadiran Raja Bali Ida Cokorde Pemecutan XI dan beberapa tokoh Hindu pada Tabligh Akbar malam sebelumnya merupakan bukti bahwa kelompok yang menggelar aksi tersebut tidak mewakili rakyat Bali.
"Saya juga meminta agar kaum muslimin Bali, membentuk Aliansi Muslim Bali untuk menjaga internal dan eksternal tetap menjaga kerukunan dengan saudara Hindu Bali, untuk mengantisipasi para provokator yang dapat merusak kerukunan di masa akan datang," pungkasnya.
ADVERTISEMENT