news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Abraham Samad soal Suap LP Sukamiskin: Negara Kalah 2-0 dari Koruptor

23 Juli 2018 17:09 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Abraham Samad (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Abraham Samad (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
ADVERTISEMENT
Mantan Ketua KPK Abraham Samad, bersuara keras tentang operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan KPK di Lapas Kelas 1 Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (21/7) kemarin. Menurutnya, korupsi yang terjadi di Lapas Sukamiskin adalah kekalahan telak bagi negara atas kemenangan para koruptor.
ADVERTISEMENT
"Ketika negara kecolongan, ada korupsi di lapas maka ini tragedi besar. Negara kalah 2 kali. Kekalahan pertama adalah saat koruptor melakukan korupsi sebelum tertangkap," kata Abraham dalam keterangan tertulisanya, Senin (23/7).
"Kekalahan kedua adalah saat menjalani hukuman, si koruptor diduga masih tetap bisa melakukan korupsi dengan jalan menyuap pihak lapas untuk mendapatkan keistimewaan dan keleluasaan. Ini kalah 2-0," imbuhnya.
Lapas Sukamiskin, Bandung. (Foto: Instagram/ @miftafauzie)
zoom-in-whitePerbesar
Lapas Sukamiskin, Bandung. (Foto: Instagram/ @miftafauzie)
Menurut Abraham, keberadaan lapas itu adalah tanggung jawab negara, di bawah Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham). Menurutnya, kejadian ini menjadi pukulan berat bagi pemberantasan korupsi di indonesia.
"Kejadian tangkap tangan Kalapas Sukamiskin oleh KPK kemarin adalah sebuah tragedi amat menyedihkan bagi perjuangan melawan korupsi di Indonesia," ujar Abraham.
Tersangka kepala Lapas Sukamiskin Wahid Husen memakai rompi tahanan seusai menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta, Senin (23/7). (Foto: ANTARA FOTO/Reno Esnir)
zoom-in-whitePerbesar
Tersangka kepala Lapas Sukamiskin Wahid Husen memakai rompi tahanan seusai menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta, Senin (23/7). (Foto: ANTARA FOTO/Reno Esnir)
Abraham mengaku sudah mencium ada indikasi kuat dugaan suap di balik ketidakberadaan Fuad Amin dan Tubagus Chaeri Wardana (Wawan) di Lapas Sukamiskin, saat KPK menggelar OTT.
ADVERTISEMENT
"Ini bukan by accident, tapi ini by design, melibatkan pejabat lapas dengan pihak luar yang terlibat dalam kasus hukum keduanya," jelasnya.
Sejumlah barang sitaan hasil sidak diperlihatkan saat pers rilis di Lapas Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat, Minggu (22/7). (Foto: Antara/M Agung Rajasa)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah barang sitaan hasil sidak diperlihatkan saat pers rilis di Lapas Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat, Minggu (22/7). (Foto: Antara/M Agung Rajasa)
Menurut Abraham, Fuad Amin dan Wawan adalah orang yang punya uang dan kuasa. Keduanya memiliki anak buah yang banyak dan orang yang berkepentingan dalam kasus mereka.
"Fuad Amin dan Wawan punya segudang duit. Dengan uang, mereka bisa membeli apa saja, termasuk menyuap petugas agar mendapatkan keistimewaan, termasuk bisa seenaknya keluar dari lapas," tutur Abraham.
Sejumlah barang sitaan hasil sidak diperlihatkan saat pers rilis di Lapas Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat, Minggu (22/7). (Foto: Antara/M Agung Rajasa)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah barang sitaan hasil sidak diperlihatkan saat pers rilis di Lapas Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat, Minggu (22/7). (Foto: Antara/M Agung Rajasa)
Oleh karena itu, Abraham mendesak Kemenkumham dan KPK untuk segera mengusut dan menginvestigasi kasus ini.
"Investigasi itu sebagai bentuk pertanggungjawaban publik. Usut semua pihak yang terlibat. Jangan sampai ada oknum kementerian yang ikut bermain. Seret semua pihak yang terlibat!" ujar Abraham.
ADVERTISEMENT
Dua Solusi Memperbaiki Lapas Sukamiskin
Lapas Sukamiskin selama ini memang dikenal sebagai penjara bagi koruptor kelas kakap. Menurut Abraham, dibutuhkan petugas lapas yang memiliki integritas tinggi. Agar kejadian suap tidak terjadi lagi, Abraham memberikan dua solusi.
Pertama, meningkatkan level penjagaan narapidana korupsi setara dengan narapidana kasus terorisme dan narkoba. Sebab, narapidana korupsi sangat berbahaya jika dibiarkan leluasa untuk keluar masuk lapas
"Sebagai pemilik uang yang tidak sedikit, napi korupsi sangat mungkin dapat melakukan banyak hal dengan uang itu, mulai dari menyogok hingga membeli integritas petugas," ujar Abraham.
Lapas Sukamiskin, Bandung. (Foto: Facebook/ Andi Wahyudin)
zoom-in-whitePerbesar
Lapas Sukamiskin, Bandung. (Foto: Facebook/ Andi Wahyudin)
Kedua, membatasi lama waktu penugasan di Lapas Sukamiskin. Abraham mengusulkan adanya sistem rotasi berkala bagi petugas di Lapas Sukamiskin.
"Batasi saja, misalnya petugas di Sukamiskin dari tingkat Kalapas hingga tukang sapu paling lama hanya 6 bulan atau 1 tahun," tutur tokoh yang digadang-gadang potensial menjadi Wakil Presiden ini.
Ruang Percetakan Lama,Lapas Klas 1 Sukamiskin Bandung, Bandung. (Foto: Instagram/@rosiana1990)
zoom-in-whitePerbesar
Ruang Percetakan Lama,Lapas Klas 1 Sukamiskin Bandung, Bandung. (Foto: Instagram/@rosiana1990)
Menurut Abraham, masalah ini tak ada hubungannya dengan masalah hak asasi manusia (HAM). Sebab, para koruptor tak mengenal HAM saat melakukan korupsi.
ADVERTISEMENT
"Jangan ajari dan bicara HAM dengan koruptor, sebab saat melakukan korupsi pun mereka pasti tidak memikirkan HAM. Mereka menerabas itu HAM," pungkas Abraham.