

ADVERTISEMENT
Jalan Gejayan di Sleman, DI Yogyakarta menjadi saksi lahirnya reformasi dari Yogyakarta pada 1998 lalu. Di jalan itu pula mahasiswa dan elemen masyarakat kembali turun untuk menyelamatkan reformasi, menegakkan demokrasi. Regulasi pemerintah yang dianggap merugikan masyarakat terus menerus dikritik dan ditolak, Senin (30/9).
ADVERTISEMENT
Tak terkecuali bagi seniman-seniman dari selatan. Menyebut dirinya dari Sewon, sebuah kecamatan di Kabupaten Bantul mereka mengkritik melalui seni. Ada poster, ada pula pertunjukan yang ditampilkan dalam aksi bertajuk Gejayan Memanggil 2. Intinya sama menyuarakan keresahan.
"Itu (simbol pemeran babi) gambaran situasi sekarang aja, ekspresi kami tentang situasi kini. Tapi intinya kami tidak ingin marah kami cuma pengen mengingatkan ke semua orang bahwa kita bisa kok sebenernya asal saling menerima satu sama lain," kata Maulana Emas (24) mahasiswa ISI Yogyakarta.
Menurutnya jika ada kekerasan satu sama lain berarti demokrasi yang selama ini berjalan tidaklah demokratis. Mereka ingin menunjukkan bahwa demokrasi hanya bisa terlaksana dengan cinta.
"Iya termasuk kata i love u di akhir (pertunjukkan)," katanya.
Dikemas seperti festival mereka ingin mendinginkan suasana. Rasa keprihatinan ini juga muncul lantaran banyak teman-teman mahasiswa yang meninggal dunia lantaran memperjuangkan demokrasi.
ADVERTISEMENT
"Kami cukup prihatin banyak teman-teman kami yang gugur, banyak teman-teman kami meninggal karena memperjuangkan demokrasi itu menurut kami disayangkan karena demokrasi membuat kita semakin dekat membuat kita makin guyub saling mengerti ya seperti itu," katanya.
Humas Aliansi Rakyat Bergerak, Nailendra mengatakan Gejayan Memanggil ini merupakan sebuah momentum. Sepanjang Jalan Gejayan ini merupakan gerakan rakyat yang diisi berbagai elemen masyarakat termasuk seniman. Di Jalan Gejayan ruang demokrasi dibuka seluas-luasnya.
"Kita bukan DPR yang membatasi.
Secara teknis ada enam titik orasi, memastikan semua massa bisa mendengarkan orasi dan memudahkan tim keamanan mengontrol massa," katanya.
"Saya kira itu poin penting yang ingin disampaikan terutama teman-teman ISI dengan kampanye kreatifnya itu menunjukkan Jogja bisa menjadi contoh gerakan yang lain," kata Obed Kresna mantan BEM UGM yang ikut turun aksi.
ADVERTISEMENT
Semangat mengawal reformasi juga terus diutarakan Aliansi Rakyat Bergerak. Mereka akan terus mengawal sembilan tuntutan aliansi dengan bermacam bentuk, mulai turun ke jalan hingga kajian.
Mereka akan terus bergerak hingga tuntutan seperti soal tindakan represi dan kriminalisasi pada gerakan masyarakat, pengusutan pelanggaran HAM, hingga penanggulangan bencana dan mengadili korporasi pembakar hutan dan lain sebagainya terpenuhi.
"Mendesak presiden untuk menerbitkan Perppu terkait UU KPK. Mendesak presiden untuk menerbitkan Perppu terkait UU Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan. Mendesak pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual," kata Nailendra humas Aliansi Rakyat Bergerak.
Mereka juga meminta revisi pasal-pasal bermasalah dalam RKUHP. Pasal-pasal tersebut ditinjau ulang dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat sipil. Pun sejumlah RUU bermasalah seperti RUU Pertanahan, RUU Ketenagakerjaan, RUU Keamanan dan Ketahanan Siber, dan RUU Minerba juga dengan tegas ditolak
ADVERTISEMENT
"Tuntaskan pelanggaran HAM dan HAM berat serta adili penjahat HAM," ujarnya.
Di satu sisi, salah satu cara agar semangat gerakan terus berkobar adalah dengan menolak penokohan. Nailendra menjelaskan apabila ada satu nama yang dikultuskan, dikhawatirkan gerakan ini akan dengan mudah digembosi.
"Ini (tolak penokohan) agar gerakan ini terjaga. Ketika ada satu tokoh keluar, gerakan ini bisa digembosi oleh pihak manapun. Jadi, tidak ada nama. Kami tetap bergerak. Ini menunjukkan rakyat kecil punya suara. Tapi tidak bisa didengarkan. Kami (gerakan) sebagai media bagi mereka untuk menyebarkan keresahan mereka," katanya.
Nailendra sendiri juga merupakan nama samaran yang dipilih humas gerakan ini. Selain menolak penokohan, nama samaran juga diperlukan agar mereka tidak mendapatkan serangan secara personal.
ADVERTISEMENT
"Kalau keluar nama satu, itu akan diserang. Apa yang terjadi di UI, UGM, kami menolak itu. Kita harus melek. Ada buzzer yang kadang merepresi kita secara lisan dan kekerasan linguistik," ujarnya.
Diakuinya meski sudah menggunakan samaran, serangan itu masih saja terjadi. Dituduh sebagai nomor penyedia jasa video call seks sudah Nailendra dapati pagi ini. Tapi itu tidak berarti karena yang terpenting adalah terus mengawasi hingga tuntutan ini terpenuhi.