Ahli Biomolekuler Sarankan Menkes Lobi Australia untuk Dapat Stok Astrazeneca

9 April 2021 14:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menkes Budi Gunadi Sadikin memperlihatkan vaksin COVID-19 Astrazeneca saat vaksinasi kepada kyai Nahdlatul Ulama (NU) di Kantor PWNU Jatim di Surabaya. Foto: Moch Asim/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Menkes Budi Gunadi Sadikin memperlihatkan vaksin COVID-19 Astrazeneca saat vaksinasi kepada kyai Nahdlatul Ulama (NU) di Kantor PWNU Jatim di Surabaya. Foto: Moch Asim/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Menkes Budi Gunadi Sadikin berencana melobi beberapa negara untuk mencari suplai vaksin corona. Pilihan melobi ini merupakan bentuk antisipasi, jika kedatangan vaksin corona AstraZeneca tidak sesuai target karena adanya embargo dari negara produsen vaksin.
ADVERTISEMENT
Ahli biomolekuler dari Universitas Adelaide Australia, Dr Ines Atmosukarto, dalam akun Twitternya menyarankan Budi Gunadi dan jajarannya untuk mencoba melobi pabrik bioteknologi CSL di Melbourne. Pabrik tersebut diketahui juga memproduksi vaksin AstraZeneca untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya.
Ines beralasan terdapat perubahan kebijakan vaksinasi di Australia, yang menangguhkan sementara vaksin AstraZeneca dan tak boleh lagi disuntikkan kepada orang berusia 50 tahun ke bawah.
Hal ini dikarenakan munculnya kekhawatiran vaksin tersebut memicu masalah pembekuan darah serius.
Dr Ines Atmosukarto, ahli biomolekuler dan vaksinolog. Foto: jcsmr.anu.edu.au
Sehingga, bisa saja ada dosis vaksin corona yang berlebih dan bisa dimanfaatkan pemerintah Indonesia.
"@BudiGSadikin perusahaan CSL di Melbourne menjadi salah satu produsen vaksin AZ. Mengingat semalam terjadi perubahan kebijakan vaksinasi di Australian mungkin saja ada ekses dosis yang tidak terpakai di Australia. Cepat2 sebelum disambar yang lain," tulis Ines dalam akun Twitternya, dikutip kumparan, Jumat (9/4).
ADVERTISEMENT
Ines yang kini mengepalai Lipotek, sebuah rintisan usaha peneliti tentang obat dan vaksin yang berbasis di Australia, menyebut Negeri Kanguru itu juga membatasi penggunaan vaksin AstraZeneca. Meski, negara itu juga sebenarnya belum memenuhi dosis vaksin corona yang dibutuhkan.
Aturan ini mengikuti kebijakan yang berlaku di Eropa dan Amerika Serikat terkait munculnya efek samping dari vaksin tersebut.
"Ya betul sangat kekurangan [vaksin], tetapi mereka mengikuti Eropa dan AS dan membatasi penggunaan vaksin AZ. Jadi sangat mungkin (kecuali terjadi perubahan kebijakan lagi) akan ada excess production yang tidak terserap di Australia," jelasnya.
Pemerintah Australia sebelumnya meminta regulator kesehatan negaranya untuk menyelidiki lebih lanjut kaitan antara vaksin AstraZeneca dengan persoalan pembekuan darah. Sehingga, diperkirakan vaksinasi di Australia akan mengalami penundaan usai adanya kebijakan pembatasan penggunaan AstraZeneca.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, sebelumnya juga Menkes Budi Gunadi menyampaikan AstraZeneca tidak jadi menyediakan 50 juta dosis untuk Indonesia tahun ini.
"Minggu lalu kita dapat informasi dari AstraZeneca Indonesia, mereka mengubah [kesepakatan]. Yang tadinya rencananya 50 juta di tahun ini, mereka mundurkan. Mereka hanya bisa 20 juta di tahun ini," ucap Budi Gunadi dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR, Kamis (8/4).
Budi menuturkan, sisa 30 juta dosis vaksin AstraZeneca ini rencananya akan dilanjutkan pada 2022, tepatnya pada kuartal II. Keputusan ini tentunya mengecewakan pemerintah Indonesia karena dapat berpengaruh pada jalannya vaksinasi corona nasional.
Untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk, Kemenkes berupaya menambah suplai vaksin Sinovac dari China. Serta, tengah berupaya membuka jalan suplai baru, salah satunya dari Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT