Ahli Epidemiologi: Kenaikan Corona di RI Sudah Terjadi 9 Minggu, Sebelum Puasa

19 Juni 2021 12:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga yang menggunakan masker melintasi mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus Corona di kawasan Tebet, Jakarta. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Warga yang menggunakan masker melintasi mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus Corona di kawasan Tebet, Jakarta. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
ADVERTISEMENT
Pandemi corona di Indonesia terus mengalami kenaikan tajam dalam beberapa pekan terakhir. Bahkan kasus corona sempat bertambah 12 ribu dalam sehari pada Kamis (17/6). Sejumlah daerah mulai terjadi transmisi varian baru corona.
ADVERTISEMENT
Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane mengatakan, kondisi ini sudah diingatkan sejak lama, bahwa kenaikan kasus corona sudah terjadi 9 minggu lalu sebelum puasa dan Lebaran, meski angkanya masih di bawah 5.000 per hari.
"Ini sebenernya kenaikan kasus bukan terjadi 2-3 minggu saja, sudah terjadi 9 minggu, dan ini minggu ke 10, sebelum puasa, mulai dari (bertambah) 3.000, 4.000 terus saja. ini naik, tapi naik sedikit," jelas Masdalina dalam diskusi Polemik MNC Trijaya, Sabtu (19/6).
Warga menggunakan masker saat beraktivitas untuk mencegah penularan virus COVID-19. Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Menurutnya, tracing memang sudah dilakukan di daerah-daerah dengan kasus corona tinggi sejak November 2020, namun saat ini penanganan kesehatan dinilai kurang maksimal.
"Kita sudah tracing di 59 kabupaten/kota, 13 provinsi yang menyumbangkan kasus di Indonesa, itu dimulai November 2020 sampai akhir Maret 2021. Kami berharap setelah Maret program itu dilanjutkan (penanganan) kesehatan tapi kami lihat 1 bulan oke, masih belajar, 3 bulan waktu yang cukup lama untuk belajar dan tidak bisa program itu dilakukan," terangnya.
ADVERTISEMENT
Masdalina kemudian menyoroti penanganan pada orang-orang yang datang dari luar negeri, khususnya massa karantina yang terbilang singkat. Padahal kata dia, karantina sebaiknya 14 hari.
"Surat edaran Satgas Nomor 8, kita mengajukan mengapa karantina hanya 5 hari di pintu masuk, jadi pengendalian sistematis tidak abru-abrukan, pengendalian di hulu lebih baik dari di hilir. Kita seperti pemadam kebakaran, kalau sudah lonjakan kasus baru tergopoh-gopoh," jelasnya.
Calon penumpang pesawat mengantre saat lapor diri di Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (5/5). Foto: Fauzan/ANTARA FOTO
Atas kondisi yang sudah terjadi ini, Masdalina mendorong pemerintah menutup semua potensi celah terjadinya transmisi corona. Termasuk mengajak masyarakat terkait kepatuhan prokes.
"Menutup semua celah terjadinya transmisi adalah hal utama. (Kalau) pemerintah terus menyalahkan masyarakat tidak mematuhi prokes (itu) tidak bijak, karena kesalahan mereka mematuhi prokes adalah kesalahan pemerintah, masyarakat tidak pintar, tidak patuh maka ke mana kita sebagai pemerintah yang mencerdaskan kehidupan mereka?" pungkasnya.
ADVERTISEMENT