Ahli Gizi: Dunia Tahu Obesitas Rentan Kena Corona Usai Banyak Kematian di AS
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ahli Gizi dari Universitas Padjadjaran, dr. Gaga Irawan Nugraha, menjelaskan, temuan ini berawal dari tingginya kematian akibat corona di AS pada April lalu. Kasus kematian yang terpusat di New York kebanyakan memiliki penyakit bawaan, salah satunya obesitas .
"Ketika awal-awal COVID-19 meningkat kasusnya, orang tidak mengetahui bahwa obesitas itu menjadi salah satu faktor risiko dari terkena dan sering mengalami pemberatan COVID-19," tutur Gaga dalam Talkshow 'Obesitas dan Risiko COVID-19' di Graha BNPB, Senin (29/9).
"Setelah COVID-19 masuk ke Amerika, di bulan April [2020], dilaporkan bahwa ternyata begitu banyak kematian akibat COVID-19 di AS, terutama di kota New York. Hal itu terjadi karena ternyata banyak orang di New York itu sampai lebih dari 42 persen mengalami obesitas," sambung Gaga.
ADVERTISEMENT
Orang obesitas memiliki lemak yang lebih besar sehingga reseptor untuk menempelnya virus akan lebih luas. Dengan begitu, mereka lebih mudah terkena pemberatan seperti hipertensi, jantung, diabetes, termasuk COVID-19.
"Kedua, orang obesitas itu, lemak ada di mana-mana, jantungnya lebih banyak lemak kiri-kanan-depan-belakangnya, begitu juga dengan di perutnya. Sehingga, ketika terinfeksi COVID-19, dan kemudian dia sulit bernapas, kesulitan bernapasnya bertambah, restriksi parunya menjadi semakin kecil, karena kiri-kanan-depan-belakang, termasuk jantungnya, tertekan oleh lemak," kata Gaga.
Oleh karena itu, Gaga menderita orang-orang yang mengalami obesitas mengubah gaya hidup. Yakni, menjaga pola makan dengan tidak mengkonsumsi gula dan tepung, menjaga pola tidur, dan olahraga yang rutin.
"Jadi sekarang ini, faktor risiko kedua--setelah hipertensi-- yang mudah terkena COVID-19 atau pemberatan adalah obesitas," kata Gaga.
ADVERTISEMENT