Ahli Khawatir Varian Delta Plus Bisa Ganggu Pengobatan Pasien Corona

2 Agustus 2021 11:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Infografik beda varian delta dan delta plus. Foto: Tim Kreatif kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Infografik beda varian delta dan delta plus. Foto: Tim Kreatif kumparan
ADVERTISEMENT
Belum usai dilanda varian corona Delta, tiga kasus varian Delta Plus baru-baru ini dilaporkan teridentifikasi di Indonesia. Satu kasus ditemukan di Mamuju, Sulawesi Barat, sementara dua kasus lainnya ditemukan di Jambi.
ADVERTISEMENT
Hal ini kemudian ikut disoroti Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban. Ia mengungkap, yang paling diwaspadai dari Delta Plus yakni varian ini bisa saja membuat pengobatan bagi pasien COVID-19 tak ampuh.
“Isu [di tengah] para ahli adalah kekhawatiran Delta Plus yang bisa mengganggu pengobatan untuk pasien COVID-19 yang membutuhkan terapi obat antibodi monoklonal. Antibodi monoklonal ini bagus banget dan bisa selamatkan nyawa pasien COVID-19,” kata Zubairi di akun Twitternya dikutip kumparan, Senin (2/8).
“Sebab itu, obat ini mendapat izin emergency use authorization. Nah, varian Delta Plus ini dikhawatirkan tidak mempan dengan obat antibodi monoklonal sehingga akan mengurangi hasil pengobatannya,” imbuh dia.
Istilah Delta Plus (Y.1) muncul dari Kementerian Kesehatan India. Varian Delta Plus pertama kali terdeteksi di Eropa pada Maret lalu, sebelum merebak di India dan diumumkan di sana pada akhir Juni 2021.
ADVERTISEMENT
Varian Delta (B.1617.2 asal India) sendiri dilaporkan para ahli mulai mendominasi di RI. Varian ini pun disebut sebagai salah satu dalang lonjakan kasus di Indonesia dalam 2 bulan terakhir.
Kendati demikian, Prof Zubairi mengatakan belum dapat dipastikan apakah varian Delta Plus lebih menular dibandingkan Delta. Sebab data kasus varian baru ini masih belum banyak di dunia.
“Apakah kecepatan penularannya lebih cepat dan lebih berbahaya ketimbang varian Delta ‘asli’? Belum diketahui pasti. Sebab datanya masih sedikit,” jelas dia.
“Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) masih memasukkan informasi Delta Plus ke kelompok Delta. Demikian pula WHO, yang belum jelas menyatakan Delta Plus ini lebih berbahaya atau menular,” lanjutnya.
Ketua Satgas COVID-19 IDI, Zubairi Djoerban. Foto: Facebook/Zubairi Djoerban
Selain itu, Zubairi juga memastikan belum ada data ilmiah yang membuktikan bahwa varian Delta Plus dapat menurunkan antibodi atau kebal terhadap vaksinasi. Namun, ia mengakui kalau varian Delta sendiri terbukti dapat mengurangi efikasi sejumlah vaksin.
ADVERTISEMENT
“Apakah Delta Plus bisa menembus pertahanan orang yang mempunyai antibodi alami atau yang telah divaksinasi? Belum cukup data juga menjawab itu. Masih sedikit informasinya,” tuturnya.
“Apakah varian ini bisa menurunkan efikasi vaksin yang sudah diberikan?
Belum cukup data juga. Tapi kalau varian Delta memang bisa menurunkan efikasi vaksin,” tambah dia.
https://twitter.com/ProfesorZubairi/status/1421682806523002880
Zubairi mencontohkan bahwa penurunan efikasi vaksin terhadap varian Delta bisa dilihat dari kondisi Amerika Serikat saat ini. Gara-gara varian Delta, jumlah kasus konfirmasi positif corona masih tinggi, meski lebih dari 50% warga AS sudah divaksinasi.
“Contoh paling gampang adalah Amerika, yang notabene 50 persen lebih warganya sudah divaksinasi. Ketika vaksinasi masif, kasusnya memang turun drastis. Tapi kemudian naik lagi. Sekarang, jumlah kasus baru di Amerika dalam seminggu terakhir, menempati posisi pertama dunia, meski sudah melakukan vaksinasi lebih dari 50 persen warganya,” papar Zubairi.
ADVERTISEMENT
Tetapi, ia menekankan belum bisa dipastikan apakah kenaikan kasus tersebut lebih spesifik disebabkan oleh varian Delta Plus.
“Apakah naiknya kasus COVID-19 di Amerika karena Delta Plus? Belum ada informasi soal itu. Yang jelas, varian Delta yang diketahui saat ini lebih menular dari virus yang menyebabkan MERS, SARS, Ebola, flu biasa, flu musiman, dan cacar. Demikian kata CDC,” terangnya.