PekanASI

Ahli Nilai Warga Anti Divaksin COVID-19 Buat Kacau: Pandemi Bisa 3-5 Tahun Lagi

18 Juni 2021 16:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Aman B. Pulungan, Sp. A(K), FAAP, saat memberikan materi dalam seminar media dan live streaming Pekan ASi Sedunia, di Gedung IDAI, Kamis (1/8). Foto: Dian Rosalina
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Aman B. Pulungan, Sp. A(K), FAAP, saat memberikan materi dalam seminar media dan live streaming Pekan ASi Sedunia, di Gedung IDAI, Kamis (1/8). Foto: Dian Rosalina
ADVERTISEMENT
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Aman B Pulungan berpendapat pemerintah harus turun langsung mengatasi pandemi di tengah lonjakan kasus COVID-19 saat ini. Khususnya untuk mengatasi warga yang anti divaksin corona, karena mereka berisiko membuat pandemi tak kunjung usai.
ADVERTISEMENT
"Kalau perlu pemerintah memang harus turun. Walaupun kecil jumlahnya, yang antivaksin ini masih ada. Ini buat kacau. Jadi walaupun jumlah mereka sedikit, tapi mereka menyebar di WhatsApp grup, secara medsos. Jadi akan sangat sulit kalau masih ada yang masih anti vaksin," kata Aman dalam konferensi pers virtual yang disaksikan kumparan, Jumat (18/6).
"[Yang tidak percaya vaksin] ini tidak melihat background sosial, ekonomi dan pendidikannya. [Kalau masih anti vaksin], kita pandemi ini akan 3-5 tahun mungkin. Jadi pemerintah juga harus tegas soal ini. Kalau perlu tarik rem darurat. Pulau Jawa paling penting," imbuh ahli anak itu.
Pendapat ini pun disetujui Dokter Spesialis Paru, Erlina Burhan, yang hadir pada kesempatan yang sama. Ia menambahkan, Indonesia harusnya mencontoh negara-negara yang berhasil mensukseskan vaksinasi COVID-19, seperti Amerika Serikat dan Prancis.
Warga yang menggunakan masker melintasi mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus Corona di kawasan Tebet, Jakarta. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
"Kalau harus 5 tahun itu penderitaannya luar biasa. Saya kira kita cukup waktu singkat saja. Kita contoh amerika, mereka vaksinasinya sukses, mereka sekarang sudah enggak pakai masker. Terakhir ada Prancis, yang juga vaksinasinya sukses dan melonggarkan masyarakat tidak pakai masker di ruang terbuka," kata dia.
ADVERTISEMENT
"Tapi di Amerika pun masuk mal, shopping center, supermarket, mereka masih pakai masker. Tapi di luar ruangan mereka sudah tak wajib. Sudah diumumkan beberapa bulan oleh CDC," tambahnya.
Sehingga Erlina pun meminta masyarakat untuk kompak divaksinasi dan menjalankan protokol kesehatan. Kalau kompak, hidup normal akan menjadi buah hasilnya.
"Jadi mari kita bersemangat untuk bisa kembali hidup normal. Tapi mari sama-sama menderita, jangan yang menderita, menderita. Yang seneng, seneng. Itu mencelakakan yang lain juga kalau kita tidak kompak menjalankan prokes, dan memotivasi masyarakat untuk divaksin," pungkas dia.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten