Ahli soal Corona di Indonesia: Pemerintah Tak Tegas, Masyarakat Tak Sadar

14 November 2020 13:17 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pria berwajah pelindung berjalan melewati mural yang mempromosikan kesadaran akan virus corona di Jakarta. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pria berwajah pelindung berjalan melewati mural yang mempromosikan kesadaran akan virus corona di Jakarta. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sudah sekitar 8 bulan Indonesia berjuang melawan corona. Namun hingga hari ini, penambahan kasus yang cukup banyak masih terjadi di wilayah-wilayah besar di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman menilai angka corona di Indonesia belum mencapai puncak tertingginya dan juga belum melandai.
Menurutnya, ada masalah dalam strategi penanganan corona di Indonesia yang akhirnya membuat penyebaran sulit dibendung.
"Indonesia sudah 8 bulan belum puncak, ada mungkin puncaknya buat Jakarta, tapi belum melandai. Artinya ada masalah dalam strateginya. Antara lain ditandai dengan kelonggaran ketidakjelasan seperti ini," kata Dicky kepada wartawan, Sabtu (14/11).
Suasana kawasan Monumen Nasional (Monas) yang ditutup untuk umum saat pandemi virus corona di Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
"Saya lihat ini Indonesia akan makin lama sampai puncaknya. Ini ibarat naik-naik ke puncak gunung tinggi sekali. Jadi tinggi sekali itu belum jelas kapan puncaknya. Akibat strateginya enggak komperhensif," tambahnya.
Namun menurut dia, kasus corona yang tak kunjung selesai di Jakarta tak sepenuhnya salah pemerintah. Warga juga berkontribusi atas penanganan corona yang masih berlanjut ini. Ia menilai warga belum belajar dari lonjakan kasus sebelumnya, misalnya akibat libur panjang.
ADVERTISEMENT
"Kalau ditanya siapa yang salah? Salah semua. Pemerintahnya enggak tegas, enggak ada regulasi. Masyarakatnya enggak sadar, enggak belajar dari pengalaman sebelumnya," tuturnya.
Ilustrasi Orang Pakai Masker. Foto: Reuters/Soe Zeya Tun
Dia menjelaskan, dalam kerumunan yang sangat besar, potensi penularan bisa sangat mungkin menginfeksi banyak orang. Padahal pembawa virusnya sedikit.
"Kondisi keramaian selalu ada potensi. Di mana ada beberapa yang terinfeksi, tapi bisa kontribusi pada banyak sekali orang tertular dari dia," ucapnya.
Jika corona tak kunjung melandai dan ledakan kasus terus terjadi, hal ini akan berimbas pada ekonomi dan kegiatan sosial masyarakat dan negara yang lebih besar.
"Artinya kalau ini dibiarkan apa pun itu keramaian, puncak (kasus) Indonesia akan semakin jauh ditempuh. Itu artinya kita akan mengalami kondisi ekonomi, sosial makin berat, makin terpuruk," tuturnya.
ADVERTISEMENT