Ahli UGM: Varian Baru Virus Corona Inggris Tak Pengaruhi Keparahan Pasien

4 Maret 2021 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi COVID-19. Foto: Dado Ruvic/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi COVID-19. Foto: Dado Ruvic/Reuters
ADVERTISEMENT
Varian baru virus corona dari Inggris kini sudah masuk di Indonesia. Varian itu disebut-sebut bisa menular jauh lebih cepat daripada varian sebelumnya. Selain itu, ada yang menyebut varian corona Inggris B117 ini berdampak lebih parah pada pasien yang terpapar.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal itu, Ketua Pokja Genetik FK-KMK UGM dr Gunadi, menjelaskan sejauh ini belum ada laporan soal hubungan antara varian Inggris ini dengan derajat keparahan pasien corona.
"Riset awal bulan Desember menyatakan tidak ada hubungan antara varian Inggris ini dengan derajat keparahan pasien COVID-19. Riset terbaru menunjukkan bahwa varian ini meningkatkan risiko derajat berat pasien. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi," kata Gunadi dalam keterangan tertulisnya, Kamis (4/3).
Meski begitu, masyarakat diminta tetap mengantisipasi varian baru ini. Menurutnya, cara yang paling tepat saat ini adalah menjaga protokol kesehatan ketat, memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak dengan menghindari kerumunan.
"Masyarakat boleh waspada dengan adanya mutasi baru tersebut, namun tidak perlu disikapi dengan kekhawatiran berlebihan. Masyarakat tetap harus menerapkan 3M," ucap dia.
ADVERTISEMENT
Gunadi menambahkan, terkait isu varian baru ini kebal dari vaksin juga tidak benar. Sebab data riset menunjukkan varian ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efikasi vaksin.
"Info itu tidak benar. Data riset menunjukkan bahwa varian ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efikasi vaksin yang sudah beredar, Pfizer, Moderna, AstraZeneca, maupun Sinovac," katanya.
Infografik Varian Baru Virus Corona. Foto: kumparan
Lebih lanjut, ia meminta pemerintah dan Satgas COVID-19 menjalankan tracing dengan tepat. Khususnya kepada pasien dari luar negeri.
"Selanjutnya terus meningkatkan surveilans genomik serta membatasi mobilitas warga yang tidak perlu," tutup dia.