Ahli UGM: Varian Corona Delta Lebih Menular Ketimbang Varian Wuhan

16 Juni 2021 21:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas dengan mengenakan APD mendampingi salah seorang peserta isolasi terpusat yang akan diberangkatkan ke Asrama Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali, Jateng. Foto: Akhmad Nazaruddin Lathif/ANTARA
zoom-in-whitePerbesar
Petugas dengan mengenakan APD mendampingi salah seorang peserta isolasi terpusat yang akan diberangkatkan ke Asrama Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali, Jateng. Foto: Akhmad Nazaruddin Lathif/ANTARA
ADVERTISEMENT
Ketua Pokja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) dr Gunadi menyebut virus corona varian Delta jauh lebih menular dibanding varian Alpha, hingga 41 sampai 60 persen.
ADVERTISEMENT
Varian Alpha sendiri merupakan virus corona B.1.1.7 yang terdeteksi pertama kali di Inggris.
"Berdasarkan kalkulasi matematika, para ahli menyimpulkan bahwa transmisi varian Delta 41 sampai 60 persen lebih menular dibandingkan varian Alpha. Kalau diperhatikan varian Alpha, disebutkan 70 persen lebih transmisiable dibanding dengan yang di Wuhan," kata Gunadi dalam Webinar Varian Virus Corona Delta di Kudus yang digelar Kagama, Rabu (16/6).
Dijelaskan bahwa varian Delta juga menurunkan imun mirip varian Beta dan lebih tinggi menurunkan imun ketimbang varian Alpha. Semakin tua usia pasien yang terpapar maka penurunan respons imun semakin tinggi.
"Artinya makin tinggi usia dari penderita maka menyebabkan respons imun semakin menurun," ujarnya.
Infografik: 5 Gejala Umum Varian Corona Delta India. Foto: kumparan
Di sisi lain, Gunadi menegaskan bahwa vaksinasi corona saat ini masih bisa melindungi masyarakat dari varian Delta ini. Hal itu merujuk penelitian di Inggris, di sana didapati orang yang mendapat vaksin Pfizer maupun AstraZeneca masih bisa terproteksi.
ADVERTISEMENT
Apalagi jika vaksinasi sudah diberikan dua kali maka akan jauh lebih memberikan proteksi.
"Tapi (pemberian vaksin) dosis pertama masih jauh lebih baik dibandingkan tanpa divaksinasi," ujarnya.
Akan tetapi, Gunadi juga memberi catatan bahwa setelah tiga bulan vaksinasi, varian Delta ini berpotensi menurunkan respons imun. Maka itu harus dikaji lebih jauh apakah perlu asupan tambahan untuk pasien.
"Betul-betul turun di bawah 40 konsentrasinya, sehingga ini dianggap implikasinya adalah apakah memang perlu booster di kemudian hari," katanya.