Ahli Wabah soal Klaster Sekolah: Banyak Anak Nongkrong di Tempat Umum

20 September 2021 12:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Epidemiolog Unair Windhu Purnomo. Foto:  Dok: Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Epidemiolog Unair Windhu Purnomo. Foto: Dok: Pribadi
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang telah berlangsung di berbagai sekolah di Indonesia ini menimbulkan sejumlah catatan penting terkait evaluasi penerapannya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, WHO sempat menyoroti terkait adanya klaster besar yang terjadi di sebuah sekolah di Sumatera Barat dan universitas di Kalimantan Barat setelah dibukanya kembali kegiatan belajar mengajar secara langsung tersebut.
Hal ini harus jadi perhatian agar tak muncul klaster-klaster lainnya walau kasus konfirmasi COVID-19 secara nasional telah berangsur menurun.
Menurut epidemiolog atau ahli wabah dari Universitas Airlangga (Unair), Windhu Purnomo, terjadinya klaster bisa disebabkan karena adanya perilaku tidak disiplin yang salah satunya dilakukan oleh para siswa. Jika seharusnya mobilitas siswa hanya dibatasi oleh rumah dan sekolah, maka itu bisa aman. Hanya saja banyak ditemukan siswa yang justru menghabiskan waktu di luar rumah dan sekolah.
"Kemarin saya mendengar ada sahabat saya mengatakan itu banyak anak-anak berseragam berkeliaran di tempat-tempat umum nongkrong. Itu berarti di luar bubble. Bubble yang aman itu rumah, sekolah. Kalau selama dia enggak keluar bubble ini aman, aman bagi anak dan yang di rumah maupun yang di sekolah. Tapi begitu keluar bubble mereka nongkrongnya buyar, dong," kata Windhu kepada kumparan, Senin (20/9).
Penjaga sekolah membersihkan area SMAN 81 Jakarta Timur jelang penambahan sekolah yang menggelar pembelajar tatap muka (PTM) pada Senin, (13/9). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Setiap sekolah yang menerapkan PTM sebelumnya telah melalui sejumlah asesmen atau penilaian terkait kelayakan membuka kembali sekolah tersebut. Namun seperti yang ia sampaikan, ketertiban protokol kesehatan di sekolah bisa saya menjadi sia-sia lantaran siswa yang tak disiplin.
ADVERTISEMENT
"Itu yang harus diawasi. Jadi kalau ada sekolah yang muridnya ketahuan ada di luar bubble tadi, yang tidak langsung pulang, itu harus ditutup sekolah itu sementara. Artinya kita tidak hanya melihat sekolah, kalau sekolah kita yakinlah sudah ada asesmen sebelumnya bahwa kalau enggak lulus enggak bisa buka. Sekolah saya percaya," tambah Windhu.
Kegiatan di luar rumah dan sekolah yang dilakukan oleh siswa maupun warga sekolah lainnnya ini bisa jadi hal yang mengkhawatirkan. Risiko munculnya klaster bisa saja tak dapat dihindari. Untuk itu, Windhu menyarankan agar apabila PTM masih ingin terus dilakukan, maka seluruh pihak termasuk guru dan siswa harus benar-benar dipantau kesehatannya.
"Saya percaya rumah, oke, tapi yang mengkhawatirkan itu yang di luar rumah tadi. Selama masih bubble to bubble, oke. Itu yang harus dijaga. Selama itu dijaga baik, monitoring terus menerus tiap hari, monitoring kesehatan siswa, guru," pungkasnya.
ADVERTISEMENT