news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ahli Wabah UI Desak Vaksinasi Berbayar Dibatalkan: Menyakiti Hati Orang Miskin

12 Juli 2021 10:55 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
Epidemiolog UI, Pandu Riono. Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Epidemiolog UI, Pandu Riono. Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Rencana penjualan vaksin corona untuk individu di Kimia Farma menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Seharusnya dijual mulai hari ini, tapi ditunda.
ADVERTISEMENT
Tadinya direncanakan, harga per dosis vaksinasi yang menggunakan Sinopharm ini ditetapkan Rp 321.660 per dosis. Kemudian tarif layanan vaksinasinya sebesar Rp 117.910 untuk sekali suntik.
Epidemiolog UI Pandu Riono merupakan pihak yang sedari awal menentang rencana ini. Pandu mengatakan, ditunda saja tidak cukup, seharusnya rencana ini dibatalkan
"Orang lagi berkabung, tiap hari sedih, ini dibikin aturan yang menyakiti hati orang yang miskin, orang yang kehilangan, artinya hanya orang berduit saja yang akses. Kenapa sih? Masih banyak orang yang antre yang belum dapat," kata Pandu, Senin (12/7).
Pandu juga menambahkan, jika masyarakat memilih opsi untuk membeli vaksin COVID-19 ini, maka itu berarti negara sudah tak mampu melayani masyarakat.
"Apa kemudian mereka merasa ah udahlah beli aja. Itu artinya negara sudah nggak bisa lagi melayani masyarakat, udah nggak bisa menyediakan perawatan RS, distribusi oksigen, nggak bisa mengendalikan pandemi sekarang malah berbisnis vaksin. Mau apalagi pemerintah itu? Setidaknya menunjukkan empati lah," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, ia mendorong agar rencana ini tidak diteruskan oleh pemerintah. Menurutnya, memang sudah seharusnya vaksin ini tak dipungut biaya.
"Memang seharusnya gratis," tambah Pandu.
Rencana penjualan vaksin ini membuat kondisi penanganan pandemi menjadi semakin sulit. Terlebih masih banyak orang yang ragu dengan vaksin itu sendiri. Belum lagi dengan sejumlah aturan penanganan yang lamban.
"Ini pun masih susah, masih banyak masyarakat yang ragu. Padahal kita ingin menyelesaikan pandemi. Testing juga lamban. Kita nggak bisa secara cepat untuk pembatasan (PPKM Darurat)," jelas Pandu.
"Nggak wajar banget itu (menjual vaksin), nggak ada empati," tutupnya.
****
Saksikan video menarik di bawah ini: