Ahok-Djarot Kalah karena Partai Penyokong Kurang Solid
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Langkah Basuki Tjahaja Purnama mengulang kemenangan di tahun 2012 harus terhenti. Ahok dan pasangannya Djarot Saiful Hidayat harus mengakui keunggulan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno menurut hasil hitung cepat seluruh lembaga survei.
ADVERTISEMENT
Keunggulan yang cukup besar disebabkan sejumlah faktor. Salah satunya, soliditas partai penyokong Ahok-Djarot. Paslon nomor dua ini didukung oleh PDIP, Partai Golkar, Nasdem, Hanura, PKB, PPP, dan PKPI.
Peneliti Center for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menilai partai penyokong Ahok-Djarot saat ini sangat kurang solid jika dibandingkan dengan kumpulan partai yang mendukung Jokowi dan Ahok pada 2012 lalu.
"Faktor utamanya menurut saya karena kurang solidnya partai yang mendukung Ahok-Djarot. Partai yang mendukung Jokowi-Ahok pada 2012 lalu jauh lebih solid dan menyatu dibandingkan sekarang. Ini berpengaruh besar," ujar Arya ketika dihubungi kumparan (kumparan.com), Rabu (19/4).
Meski secara jumlah partai yang mendukung Ahok-Djarot saat ini lebih banyak tapi solidnya PDIP dan Gerindra yang dulu mendukung Jokowi-Ahok terbukti bekerja lebih efektif. Faktor lain, jalan Ahok sebelum akhirnya memilih partai sangat berliku.
ADVERTISEMENT
Ia mencontohkan bahkan Ahok sempat menghina partai dengan menyebut bahwa ada kewajiban untuk bayar mahar ke partai jika ingin diusung. "Ini menimbulkan gesekan-gesekan. Deklarasi dukungan untuk Ahok pun dilakukan di akhir-akhir. Dari awal memang menyatunya kurang," tuturnya.
Selain itu, Arya menilai partai-partai besar yang mendukung Ahok mengalami gejala overconfident. Mereka terlalu percaya diri Ahok-Djarot akan menang dari Anies-Sandi. Hal ini juga melihat hasil pada putaran pertama di mana Ahok dan Djarot meraih kemenangan.
Sikap terlalu percaya diri ini membuat partai pendukung Ahok-Djarot mulai dari petinggi hingga di pengurus cabang setengah hati dalam menggarap isu dan wilayah yang sebenarnya berpotensi menjadi masalah. Apalagi, ada partai-partai yang memang tidak bisa menjamin suara di akar rumput memang diarahkan untuk memilih Ahok-Djarot.
ADVERTISEMENT
"Misalnya PKB atau PPP. Di atas memang mendukung. Tapi itu sudah di akhir jadi tidak ada jaminan bahwa kader mereka juga mendukung Ahok-Djarot. Dalam kasus Partai Golkar juga sama," ujarnya.
Di sisi lain, partai penyokong Anies-Sandi all out menggarap akar rumput. Arya menilai harus diakui bahwa PKS dan Gerindra lebih efektif menggarap pemilih dan bekerja lebih keras. Akhirnya, kelebihan ini membuat Anies-Sandi unggul atas Ahok-Djarot.
"Harus diakui PKS dan Gerindra lebih all out dan di sisi lain partai pendukung Ahok-Djarot lengah. Inilah penyebab utamanya jadi kalah," ujarnya.