AHY: Buzzer Politik yang Produksi Berita Bohong Bahayakan Persatuan Indonesia

5 Agustus 2022 19:11 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di acara 10 Tahun Forum Pemred, Jumat (5/8/2022). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di acara 10 Tahun Forum Pemred, Jumat (5/8/2022). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bicara soal pentingnya peran pers dalam menyelesaikan tiga tantangan demokrasi jelang 2024. Yakni politik uang, politik identitas, dan politik fitnah.
ADVERTISEMENT
Ia berharap pers Indonesia dapat terus kredibel, independen, dan mampu memverifikasi berita secara aktual dan faktual. Sehingga perpecahan dapat dicegah dan demokrasi rakyat Indonesia makin sejahtera.
"Money politics, politik uang, merajalela, harus kita antisipasi. Jangan sampai mereka yang punya uang berlebih yang bisa jadi kader-kader terbaik bangsa pemimpin dan wakil rakyat. Identity politics sangat membelah. Polarisasi yang dieksploitasi karena sentimen suku agama, etnisitas, dan identitas lainnya," kata AHY dalam Peringatan 10 Tahun Forum Pemred di Hotel Raffles Jakarta, Jumat (5/8).
Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di acara 10 Tahun Forum Pemred, Jumat (5/8/2022). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
"Ini sangat berbahaya bagi persatuan kita. Terakhir post truth politics, politik fitnah. Di era digital, hoaks, black campaign, fake news, ini merajalela membabi buta. Belum lagi kita harus hadapi buzzer politik yang tugas dan pekerjaannya memproduksi berita bohong," imbuh dia.
ADVERTISEMENT
AHY mewanti-wanti, jangan sampai di tengah berbagai permasalahan, demokrasi Indonesia mundur. Jelang 2024, ia berharap semua pihak termasuk pers, bisa mendorong penuntasan berbagai persoalan termasuk membawa kontestasi pemilu yang sehat.
"Tanpa disadari terjadi kemunduran demokrasi seperti yang dipotret oleh sejumlah lembaga internasional. Tahun 2022 ini Indonesia berada di tingkat 117, turun dari tahun sebelumnya dari 180 negara. Artinya ada problem serius di sini. Pilar demokrasi harus tumbuh dan kuat sehingga bisa kawal pembangunan kita ke depan," ujarnya.
"Itulah sama-sama yang harus kita perjuangkan. Pada akhirnya pemilu sebuah ajang, kontestasi gagasan. Bukan kontestasi uang, kontestasi identitas, dan bukan kontestasi fitnah. Mudah-mudahan bangsa Indonesia semakin dewasa literasi. Termasuk generasi muda lebih memahami pentingnya demokrasi," tambah dia.
ADVERTISEMENT
AHY melanjutkan, permasalahan Indonesia tidak lepas dari stagflasi 2 tahun pandemi yang masih berkepanjangan. Adapun perang, Ukraina dan Rusia berpengaruh langsung pada pasokan komoditas pangan dan energi.
Sementara, inflasi yang sulit untuk dikendaliKan pun berdampak langsung dan tidak bagi negara-negara termasuk Indonesia. Ini dinilainya PR besar yang harus dicarikan solusi bersama termasuk oleh insan pers, serta berkelanjutan lintas generasi dan kepemimpinan.
"Mari kita sama-sama mencari solusi yang terbaik untuk ini. Kita harus bertanya menyongsong 2024, bagaimana kita bisa menyeimbangkan antara kebebasan dan pembangunan. Sering ada pertanyaan kritis mending mana, pilih mana pembangunan atau kebebasan. Katanya kalau kebebasan terjadi instabilitas yang mengganggu pembangunan. Saya berpandangan dua-duanya bisa kita jalankan," ungkap dia.
ADVERTISEMENT
"Saya apresiasi tema besar [acara], 'memajukan pers, menyatukan Indonesia. Kemerdekaan pers harus kita jamin. Berdirinya Forum Pemred di 2012 ketika Partai Demokrat menjadi ruling parties. Demokrat juga pernah 10 tahun di pemerintahan. Insyallah [hanya hingga] 2024. Sehingga cukup matang dan punya pengalaman dan keyakinan bahwa civil liberties termasuk kebebasan pers harus kita jaga," tandasnya.