AHY: Buzzer Serang Masyarakat yang Kritik Pemerintah

16 September 2022 16:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memberikan arahan saat membuka Rapimnas Partai Demokrat 2022 di di Balai Sidang Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Kamis (15/9/2022). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memberikan arahan saat membuka Rapimnas Partai Demokrat 2022 di di Balai Sidang Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Kamis (15/9/2022). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Ketum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyinggung keberadaan buzzer dalam demokrasi Indonesia. AHY mengatakan berdasarkan hasil riset, pasukan buzzer dibayar untuk melakukan serangan secara sistematis. Termasuk menyasar Demokrat.
ADVERTISEMENT
"Hasil riset gabungan LP3ES dengan University of Amsterdam dan sejumlah lembaga lainnya pada tahun 2021, mengungkap fakta bagaimana pasukan cyber bayaran atau buzzer, menyerang Partai Demokrat secara sistematis dan masif," kata AHY dalam Rapimnas Demokrat di JCC, Senayan, Jumat (16/9).
Ia menyebut buzzer melancarkan fitnah untuk membelokkan opini publik. Serangan juga menyasar masyarakat yang kritis terhadap pemerintah.
Ketua Umum Partai Demokrat AHY di Rapimnas dan Puncak HUT ke-21 Partai Demokrat, JCC, Jumat (16/9/2022). Foto: Annisa Thahira Madina/kumparan
"Buzzer pun menyerang masyarakat yang bersuara lantang mengkritik pemerintahnya. Kadang-kadang instrumen hukum digunakan untuk menjerat pihak-pihak yang kritis kepada penguasa. Ini tentu sebuah berita buruk dalam kehidupan politik dan demokrasi kita," bebernya.
Dia mencontohkan saat dirinya berkunjung ke Sumatera Utara. Di sana, AHY dikejar seorang mahasiswa yang mengaku takut mengkritik pemerintah karena adanya UU ITE.
ADVERTISEMENT
"Ketika ke Deli Serdang mahasiswa kejar saya, takut terjerat UU ITE karena kritik pemerintah. Takut katakan pendapat Bahkan rakyat takut karena pendapat lemah," ucapnya.
Putra Sulung Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini menambahkan jika serangan buzzer dibiarkan maka demokrasi tak akan berjalan dengan baik.
"Demokrasi enggak jalan kalau beda pendapat dianggap musuh. Apalagi anggap Demokrat musuh negara. Untuk itu, Demokrat berpandangan tidak seharusnya perbedaan pendapat jadi sumber permusuhan atau perpecahan bangsa," tutup AHY.