news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Akademisi USU: Teknologi dan SDM Penentu Keberlanjutan Food Estate Humbahas

25 Agustus 2021 11:30 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Food Estate atau lumbung pangan. Foto: Dok. Kementerian Pertanian
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Food Estate atau lumbung pangan. Foto: Dok. Kementerian Pertanian
ADVERTISEMENT
Program Food Estate (FE) di Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara, yang berbasis tanaman hortikultura kini terus bergeliat.
ADVERTISEMENT
Food Estate ini digagas pemerintah melalui Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Marves), bersama Kementerian Pertanian (Kementan), dan kementerian terkait, sejak pertengahan 2020 lalu.
Dari target 1.000 hektar pengembangan di 2021, telah terlaksana penanaman seluas 215 hektar yang dimulai dari Desa Ria Ria, Kecamatan Pollung. Tahun ini pun terus dilakukan upaya pembukaan lahan di area 785 hektar yang meliputi 3 desa, yaitu Hutajulu, Ria Ria dan Parsingguran 1.
Lokasi Food Estate tersebut adalah pemanfaatan lahan tidak produktif bukan dari pembukaan hutan atau deforestasi, berada di dataran tinggi, sekitar 1.400 mdpl, sehingga secara agroklimat sesuai untuk pengembangan komoditas hortikultura, seperti kentang, bawang merah, bawang putih, kubis dan aneka sayuran dataran tinggi lainnya.
ADVERTISEMENT
Mentan Syahrul Yasin Limpo bersama Menko Marves Luhur Binsar Pandjaitan dan Menteri PUPR Basuki Hadimoeljono meninjau kawasan food estate di Kabupaten Humbang Hasundutan. Foto: Kementan RI
Namun, karena lahan tersebut masih bukaan baru, perlu proses untuk sampai tahap menghasilkan produksi yang optimal. Berkaitan dengan kelayakan tanah dan agroklimat, infrastruktur, teknologi, dan sosial dan ekonomi telah ditinjau oleh Balitbang Kementan.
Hal tersebut disampaikan Guru Besar Agroteknologi Universitas Sumatera Utara (USU) Prof Noverita yang turut mengamati perkembangan Food Estate Humbahas.
Menurutnya, dinamika di lapangan memang cukup kompleks, namun segala kebijakan yang telah dilakukan tetap bermanfaat bagi pengembangan kawasan, dengan mempertimbangkan kearifan lokal.
"Apa yang sudah dimulai dengan pembukaan lahan dan penanaman perdana tahun lalu menurut saya tidak ada pekerjaan yang sia-sia. Pada kenyataanya lahan tersebut bisa menghasilkan sekitar 5,7 ton per hektar bawang merah dan 2,7 ton per hektar bawang putih. Sedangkan hasil panen yang diperoleh dari kentang industri varietas Bliss rata-rata 10-15 ton per hektar pada pada panen musim tanam awal." ujarnya dalam siaran pers Kementan, Rabu (25/8).
ADVERTISEMENT
"Namun harus diakui, perlu upaya perbaikan di sana sini agar lahan tersebut bisa tetap produktif. Kuncinya di perbaikan kualitas tanah melalui penambahan unsur organik, penerapan teknologi budidaya hingga pascapanen, peningkatan kapasitas SDM petani serta penataan kelembagaan usaha petani," imbuh Noverita.
Mentan Syahrul Yasin Limpo bersama Menko Marves Luhur Binsar Pandjaitan dan Menteri PUPR Basuki Hadimoeljono meninjau kawasan food estate di Kabupaten Humbang Hasundutan. Foto: Kementan RI
Menurut Guru Besar USU tersebut, kolaborasi dan koordinasi pengelolaan kawasan perlu terus ditingkatkan.
"Penataan kawasan perlu memperhatikan aspek kearifan lokal misalnya kebiasaan petani hamijon yang selama ini menggantungkan pendapatannya dari hasil hutan dan kebun seperti kemenyan, andaliman dan kopi. Dibutuhkan pendampingan intensif untuk mengawal petani yang saat ini berbudidaya hortikultura," jelasnya.
Ke depan pihaknya juga mendorong penataan lahan yang mengedepankan aspek konservasi lahan dan air untuk menjaga keberlanjutan usaha tani.
ADVERTISEMENT
"Konservasi lahan dan air sangat penting diperhatikan. Teknologi irigasi hemat air seperti irigasi tetes yang saat ini mulai diinisiasi oleh pengelola kawasan, bisa saja diterapkan karena teknologi tersebut bisa menghemat biaya tenaga kerja," ungkapnya.
Menurutnya, lembaga riset, badan litbang, dan perguruan tinggi bisa menjadi agen penting untuk mendorong pengembangan teknologi pangan di kawasan rintisan Food Estate. "Terlebih untuk komoditi hortikultura yang secara karakter memang padat modal dan padat teknologi," imbuh Noverita.
Mentan Syahrul Yasin Limpo meninjau kawasan food estate di Kabupaten Humbang Hasundutan. Foto: Kementan RI
Berdasarkan pengamatan di lokasi Food Estate Desa Ria Ria, saat ini beberapa petani tengah mempersiapkan penanaman untuk musim tanam kedua. Sebagian lahan sudah ditanami berbagai komoditas seperti kentang, bawang merah, kubis, cabai dan jagung.
Menurut penuturan salah seorang petani yang ikut program Food Estate, Jhonles Lumban Gaol, hasil panen di musim pertama lumayan bagus. Bahkan, ia bisa menjual hasil panen bawang merahnya dalam bentuk benih.
ADVERTISEMENT
Untuk musim tanam kedua tahun ini, dirinya akan mengembangkan jagung bermitra dengan PT BISI seluas 1 hektar, serta bawang merah dan kentang masing-masing 6 rante (0,24 hektar) secara swadaya di lahan miliknya.
"Saya optimis lahan yang telah dibantu pengolahan dan penanaman pertamanya oleh pemerintah ini akan semakin bagus hasilnya nanti," terang Jhonles semangat.
Sebagaimana diketahui, saat ini pengelolaan kawasan Food Estate Humbahas dikoordinir tim transisi yang diketuai Bupati Humbahas Dosmar Banjarnahor bersama tim dari Kemenko Marves. Meski begitu, kementerian lain termasuk Kementan masih terus melakukan aktivitas pengawalan dan pendampingan bersama tim transisi.