Akankah Nasib Prasasti Sepeda di Jakarta Seperti Getih Getah dan Batu Gabion?

10 April 2021 9:03 WIB
Wujud Jalur Sepeda Permanen di Sudirman-Thamrin. Foto: Pemprov DKI Jakarta
zoom-in-whitePerbesar
Wujud Jalur Sepeda Permanen di Sudirman-Thamrin. Foto: Pemprov DKI Jakarta
ADVERTISEMENT
Kehadiran tugu prasasti dalam pembangunan jalur sepeda permanen di Sudirmann-Thamrin, Jakarta, menuai kritik. DPRD DKI Jakarta menilai pembangunan prasasti bukan prioritas dan membebani keuangan daerah.
ADVERTISEMENT
Anggota Komisi B DPRD DKI, Gilbert Simanjuntak, menilai pembangunan tugu prasasti sepeda merupakan kepentingan kelompok saja.
“Tugu itu dibangun untuk menghormati seseorang atau sesuatu yang legendaris, dengan pengorbanan atau patriotiknya. Apa yang legendaris dari sepeda, malah justru selalu minta diprioritaskan dan mengambil anggaran dari APBD, bukan meringankan malah membebani,” ungkap Gilbert dalam keterangan tertulis, Jumat (8/4).
Merespons itu, Wagub DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebut kehadiran prasasti atau tugu sepeda memberi ruang bagi para seniman untuk berekspresi.
“Tugu sepeda tidak ada urgensi? Itu kan memberi ruang untuk pelaku seni berkreasi, seni untuk meningkatkan inovasi dan kreativitas dan mempercantik Jakarta. Anggaran dari pihak ketiga,” kata dia.
Sementara untuk anggapan pembangunan prasasti ini bakal membebani keuangan daerah, dia memastikan biayanya tak menggunakan APBD.
ADVERTISEMENT
"Tugu sepeda ini dapat anggaran dari kewajiban pihak swasta, pihak ketiga. Kemudian nilainya kurang lebih Rp 28 miliar, termasuk tugunya yang 800 juta," jelasnya.
Anies tinjau Seni Bambu di Bundaran HI, Rabu (15/8). Foto: Instagram/@aniesbaswedan
Jika melihat ke belakang, ini bukan kali pertama Pemprov DKI menghadirkan karya seni di Jakarta di tempat publik.
Untuk menyambut Indonesia sebagai menjadi tuan rumah Asian Games XVIII, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memboyong Getih Getah di Bundaran HI pada Agustus 2018.
Getih Getah merupakan instalasi bambu karya Joko Aviant, lulusan S1 dan S2 seni patung Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB.
"Di sini, dari gagasan, ribuan bambu ini membentuk sebuah kesatuan dan persatuan. Dari gagasan, jutaan anak bangsa ini membentuk kesatuan dan persatuan" ujar Anies dalam akun Instagramnya pada 15 Agustus 2018.
Anies tinjau Seni Bambu di Bundaran HI, Rabu (15/8). Foto: Instagram/@aniesbaswedan
Anggaran yang dihabiskan untuk Getih Getah mencapai Rp 550 juta. Anggaran tersebut berasal dari 10 BUMD DKI dengan sistem konsorsium.
ADVERTISEMENT
Namun hanya dalam kurun waktu 11 bulan, Getih Getah harus dibongkar karena mulai rapuh pada Juli 2019.
Saat itu Anies menyebut usia Getih Getah hanya diperkirakan selama 6 bulan, namun ternyata bisa bertahan sampai 11 bulan.
Instalasi Batu Gabion di lokasi bekas instalasi bambu Getah Getih di dekat Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Usai Getih Getah dibongkar, Anies mengganti karya untuk menghias Bundaran HI dengan Batu Gabion pada Agustus 2019.
Instalasi Batu Gabion memakan anggaran Rp 150 juta. Anies menyebut Batu Gabion dipasang untuk kepentingan estetika.
"Tentulah memang buat (mempercantik) apalagi kalau enggak buat percantik," ujar Anies saat ditemui di gedung DPRD DKI, usai menghadiri rapat paripurna Agustus 2019.
Namun setelah 4 bulan terapasang, instalasi Batu Gabion akhirnya dibongkar pada Desember 2019. Dinas Kehutanan DKI saat itu mengaku sengaja membongkar Batu Gabion untuk perayaan malam tahun baru 2020.
ADVERTISEMENT
"Persiapan penyelenggaraan acara tahun baru untuk warga Jakarta di Bundaran HI," ujar Kepala Dinas Kehutanan DKI Jakarta, Suzi Marsitawati.
Lantas apakah prasasti jalur sepeda akan bernasib sama seperti Getih Getah dan Batu Gabion?