Akhir Cerita Terduga Teroris Jamaah Islamiyah

2 Juli 2019 6:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo saat berkunjung ke kantor kumparan. Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo saat berkunjung ke kantor kumparan. Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tahun 2007 menyatakan Jamaah Islamiyah (JI) sebagai organisasi terlarang. Akan tetapi putusan pengadilan itu tak serta merta membuat JI bubar.
ADVERTISEMENT
Organisasi yang dipimpin Para Wijayanto (PW) itu terus bermetamorfosis sebagai jaringan terorisme di Indonesia. Para sendiri diduga kuat terlibat berbagai aksi pengeboman yang terjadi di Tanah Air.
Namun kini riwayat JI tampaknya harus berakhir. Densus 88 Antiteror menangkap Para berserta empat anggota JI di waktu dan lokasi berbeda. Para ditangkap di Kota Bekasi, Jawa Barat, bersama istrinya berinisial MY dan orang kepercayaannya, PS.
PW alias Abang alias Aji Pangesti alias Abu Askari alias Ahmad Arif alias Ahmad Fauzi Utomo, selama ini dia memimpin JI ini, ditangkap pada Sabtu, 29 Juni pukul 06.12 WIB di sebuah Hotel di Jalan Kranggan Nomor 19, Kota Bekasi, Jawa Barat,” ucap Dedi saat jumpa pers di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Senin (1/7).
ADVERTISEMENT
Kemudian anggota JI berinisial BS ditangkap di Ponorogo, Jawa Timur. Lalu, polisi menangkap A di Perumahan Griya Satria, Bekasi. Keduanya ditangkap pada Minggu (30/6).
Div Humas Polri menunjukkan foto Teroris yang berhasil di amankan. Foto: Raga Imam/kumparan
Polisi menyebut secara organisasi, JI belum melancarkan aksi terorismenya di Indonesia. Saat ini, kata Dedi, JI tengah membangun kekuatan. Tujuannya adalah membangun khilafah khusus di Indonesia saja. Berbeda dengan ISIS yang menginginkan negara khilafah di seluruh dunia terbentuk.
“Kalau ISIS, khilafahnya dia sudah terbukti berhasil beberapa waktu di Suriah maupun di Indonesia. Kalau JI ini membangun di Indonesia,” kata Dedi.
Dia menjelaskan polisi masih mendalami struktur organisasi JI, termasuk aliran dana yang masuk ke organisasi terlarang itu. “Masih didalami bahwa pejabat-pejabat di dalam struktur organisasi JI. Ini juga digaji-gaji, besarannya Rp 10-15 juta,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pemeriksaan sementara, mereka membangun usaha perkebunan untuk membiayai operasional JI.
“Kemudian ini sedang dikembangkan, tahapan pembangunan kekuatan ini tentunya harus didukung oleh kemampuan ekonomi. Mereka sedang mengembangkan basic ekonomi mereka itu dengan beberapa usaha yang mereka bangun yaitu usaha kebun sawit,” ucap Dedi.
Dedi kemudian menjelaskan rekam jejak dari Para, sang pemimpin JI. Para terdeteksi pernah mengikuti pelatihan militer di Moro pada tahun 2000. Pimpinan JI itu memiliki kemampuan merakit bom serta ahli di bidang intelijen.
Para tercatat terlibat dalam kasus terorisme di Indonesia, seperti Bom Bali tahun 2002, Bom Kedubes Australia tahun 2004, hingga kerusuhan di Poso mulai 2005 hingga 2007.
Sepanjang tahun 2013 hingga 2018, polisi menduga Para melalui organisasinya berhasil mengirimkan orang untuk mengikuti program latihan militer di Suriah. Tercatat, ada 6 gelombang yang telah ia berangkatkan. Polisi masih mendalami berapa banyak yang berhasil diberangkatkan ke Suriah.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, upaya Para bersama JI tersebut kini disetop polisi.