Akhir Kericuhan di Masjid Jogokariyan yang Berujung Damai

30 Januari 2019 8:23 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Masjid Jogokariyan usai kerusuhan di Yogyakarta. (Foto: Arfiansyah Panji/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Masjid Jogokariyan usai kerusuhan di Yogyakarta. (Foto: Arfiansyah Panji/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kericuhan di depan Masjid Jogokariyan, Yogyakarta, pada Minggu (27/1) sore akhirnya berujung damai. Polisi sudah mempertemukan para pihak yang bertikai dan mendamaikan semuanya.
ADVERTISEMENT
Kerusuhan ini bermula saat rombongan massa simpatisan PDIP yang baru saja pulang dari deklarasi mendukung capres 01 Jokowi-Ma'ruf Amin di Stadion Mandala Krida, mencopoti spanduk yang berada di area jalan di depan masjid.
Hal itu diperparah dengan menggeber sepeda motor di depan masjid. Video kerusuhan itu juga sempat ramai di media sosial.
Beruntung kerusuhan ini segera diredam. Pengurus PDIP Yogyakarta langsung menyampikan permintaan maaf atas kejadian ini.
“Poinnya ya tadi mereka (massa) minta maaf diwakili Pak Juni (Junianto, Ketua DPC PDIP Mantrijeron) itu, kemudian Pak Juni menghadirkan tokoh penggeraknya, Kris Kelinci, minta maaf ke jemaah masjid yang diwakili saya. Bisa di kantor kecamatan atau di polsek,” kata Takmir Majid Muhammad Fanni Rahman.
Muhammad Fanni Rahman, Ketua Takmir Masjid Jogokaryan. (Foto: dok arfiansyah pandji)
zoom-in-whitePerbesar
Muhammad Fanni Rahman, Ketua Takmir Masjid Jogokaryan. (Foto: dok arfiansyah pandji)
Fanni mengatakan bahwa, setelah kericuhan polisi melakukan mediasi di kantor kecamatan. Di situ, Junianto sempat meminta maaf. Dari kesepakatan tertulis bermaterai juga disepakati agar dalang kericuhan tersebut minta maaf.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Fanni juga berharap kasus ini tak diseret ke mana-mana. Terlebih, membawa kasus ini ke ranah politik.
“Yang saya tahu ini serangan karena spontan gitu. Makanya kami sepakat minta dua hal. Kesepakatan damai ini juga sensitif, berbeda kejadian yang lain. Kami juga tidak mau dibawa urusan politik,” katanya.
Fanni mengatakan, kerusuhan tidak sampai merusak fasilitas masjid. Batu memang ada tapi hanya mengenai tenda di sekitar masjid.
“Tidak ada (batu) yang mengenai masjid, batunya banyak sampai kena tenda masjid. Masjid emang lagi pasang tenda. Untungnya (batu jatuh) di atas tenda-tenda," tambah Fanni.
Suasana Masjid Jogokariyan usai kerusuhan di Yogyakarta. (Foto: Arfiansyah Panji/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Masjid Jogokariyan usai kerusuhan di Yogyakarta. (Foto: Arfiansyah Panji/kumparan)
Rupanya, kerusuhan tidak hanya terjadi di depan Masjid Jogokariyan. Ketua DPD PDI Perjuangan, Bambang Praswanto, mengatakan ada enam titik pencegatan terhadap simpatisan Jokowi usai acara deklarasi di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta. Akibatnya, lima simpatisan Jokowi mengalami luka ringan hingga berat dan harus dilarikan ke rumah sakit.
ADVERTISEMENT
Titik-titik tersebut ada di Ngampilan, Umbulharjo, Nitikan, Kasihan, Gejayan, Jogokariyan. “Yang luka berat (dirawat) di (RSUP) Sardjito satu,” kata Bambang.
Wakapolda DIY Brigjen Bimo Anggrono Seno mengatakan, pihak kepolisian dapat mengendalikan situasi dengan cepat. Kondisi Yogyakarta juga sudah kondusif.
"Itu kenakalan remaja," kata Bimo, Senin (28/1).
Dalam kerusuhan itu, muncul nama Kris Kelinci yang dituding sebagai inisiator kericuhan di depan Masjid Jogokariyan. Kris Kelinci diakui sebagai kader PDIP.
Sekretaris DPD PDI Perjuangan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Yuni Setia Rahayu menyerahkan kasus ini ke kepolisian.
“Iya kalau dianggap tindakan kriminal ya monggo karena bagaimanapun juga pasti ada hukum-hukum yang mengatur," ujar Yuni, Senin (28/1).
Kapolri Jenderal Tito Karnavian. (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kapolri Jenderal Tito Karnavian. (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
Setelah kasus ini bergulir, Kapolri Jenderal Tito Karnavian memastikan kasus ini sudah berakhir dengan damai. Tapi, Tito meminta ke depan peristiwa semacam ini harus ditindak tegas.
ADVERTISEMENT
“Saya sudah tanya Kapoldanya, itu lebih banyak terjadi secara spontan, ya. Terjadi secara spontan sudah didamaikan oleh Pak Kapolda,” ucap Tito usai Rapat Pimpinan TNI-Polri di Auditorium PTIK, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (29/1).
“Tapi saya minta kalau seandainya ada kejadian lagi, siapa pun yang melakukan apalagi bawa parang dan lain-lain. Ada yang melempar, proses. Proses hukum tegas dua-duanya. Supaya enggak terulang,” kata Tito.