news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Akhir Nasib Pelelangan Motor Listrik Jokowi: Jatuh ke Tangan Anak Hary Tanoe

23 Mei 2020 7:00 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Motor listrik bertanda tangan Joko Widodo. Foto: Dok. MPR
zoom-in-whitePerbesar
Motor listrik bertanda tangan Joko Widodo. Foto: Dok. MPR
ADVERTISEMENT
Lelang motor listrik bertanda tangan Presiden Jokowi menjadi ramai diperbincangkan karena sang pemenang lelang, M Nuh, rupanya tidak memiliki uang Rp 2,5 miliar untuk membayar motor tersebut.
ADVERTISEMENT
Nuh yang belakangan diketahui berprofesi sebagai buruh rupanya mengira akan mendapatkan hadiah motor, sehingga mengikuti lelang. Atas polemik ini, MPR mengalihkan pemenang lelang tersebut kepada penawar tertinggi.
"Sesuai aturan, kita berikan pada penawar atau peserta lelang berikutnya di bawahnya," kata Ketua MPR Bambang Soesatyo, Jumat (22/5).
Presiden Joko Widodo saat menandatangani motor listrik. Foto: Dok. MPR
Penawar tertinggi berikutnya adalah Warren Tanoesoedibjo. Warren rupanya merupakan anak konglomerat Hary Tanoeseodibjo.
"Kalau menurut saya, lelang ini tidak perlu dipermasalahkan lagi karena saya lihat panitia memang profesional dan terapkan prosedur yang benar. Ketika pemenang nomor satu itu gagal dan tidak bisa meneruskan, maka peminat di bawahnya dihubungi kepada panitia apakah mau match dengan harga lelang pertama," kata Hary Tanoe.
"Kebetulan Warren waktu itu ikut lelang dan angkanya tidak jauh dari pemenang pertama," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Warren yang merupakan anak bungsu Hary Tanoe sempat meminta izin ikut dalam proses lelang karena ingin ikut berdonasi. Ia pun menggunakan uang tabungannya, lalu menawar sampai harga yang tak jauh dari pemenang lelang sebesar Rp 2,55 miliar.
"Dia minta izin kalau dari tabungannya bisa dipakai apa enggak. Ya, silakan saja. Apalagi Warren penggemar Pak Jokowi," tuturnya.
M. Nuh, pengusaha yang ikut lelang motor listrik Jokowi. Foto: Dok. Istimewa
M Nuh sempat diminta keterangan oleh Polda Jambi terkait hal ini dan meminta perlindungan kepada polisi. Ia tidak tahu harus membayar Rp 2,5 miliar demi mendapatkan motor tersebut.
"Orang itu tidak ditahan, tidak dilakukan penahanan. Tidak ada penangkapan. Itu saja. Enggak ada," kata Kabid Humas Polda Jambi, Kombes Pol Kuswahyudi Tresnadi, kepada kumparan.
"Tidak ada penahanan, tidak ada penangkapan. Kalau mereka (M Nuh) hanya diwawancara, suruh pulang, ya, sudah," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Setelah diperiksa, polisi menyimpulkan tak ada niat jahat yang dilakukan M Nuh. Hal itu dianggap tak memenuhi unsur pidana.
"Mispersepsi, tidak paham," kata Kapolda Jambi Irjen Pol Firman Santyabudi.
Polisi juga tidak menjerat pasal apa pun kepada Nuh, termasuk pasal penipuan, apakah itu menipu publik atau pejabat negara yang terlibat.
"Tidak ada kasus (pidananya) yang bersangkutan diwawancarai untuk diketahui apa yang sebenarnya terjadi," tuturnya.
M Nuh diketahui tinggal di Kampung Manggis, Kecamatan Pasar, Kota Jambi dan berprofesi sebagai seorang buruh.
"Ada warga saya, latar belakangnya buruh bangunan," kata Ketua RT 20 Kampung Manggis, Ibrahim, dikutip dari Antara.
Ibrahim mengaku kewalahan karena terus diminta konfirmasi oleh banyak pihak setelah warganya menjadi sorotan.
ADVERTISEMENT
=========
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona. Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.