Akhiri Polemik, Sekolah Cikal Hibahkan Merek "Merdeka Belajar" ke Kemendikbud

14 Agustus 2020 16:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mendikbud Nadiem Makarim, membentuk program Merdeka Belajar. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mendikbud Nadiem Makarim, membentuk program Merdeka Belajar. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
Slogan Merdeka Belajar yang digagas Nadiem Makarim dalam program Kemendikbud rupanya sudah dimiliki Sekolah Cikal sejak 2015. Meski demikian, Sekolah Cikal akan menghibahkan hak atas merek "Merdeka Belajar" kepada Kemendikbud.
ADVERTISEMENT
“Atas masukan berbagai pihak, sekarang kami memperkuat surat pernyataan itu dengan keputusan menghibahkan hak atas merek Merdeka Belajar ke Kemendikbud,” ujar pendiri Sekolah Cikal, Najelaa Shihab.
Najeela berharap pengalihan hak atas merek ini bisa mengakhiri polemik penggunaan kata Merdeka Belajar. Cikal memastikan tidak ada kompensasi apa pun untuk slogan Merdeka Belajar oleh Kemendikbud.
Najeela Shihab menyampaikan pesan kepada guru-guru. Foto: Sabar Artiyono/kumparan
Guru peserta TPN di Sekolah Cikal Serpong. Foto: Sabar Artiyono/kumparan
“Demi kemajuan pendidikan Indonesia, kami memutuskan menghibahkan hak atas merek Merdeka Belajar kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tanpa biaya dan/atau kewajiban pembayaran apa pun. Dengan catatan, kami dan siapa pun masih bisa menggunakannya tanpa kompensasi apa pun untuk kepentingan pendidikan sesuai ketentuan yang berlaku,” ujar Najelaa, pendidik yang juga kakak Najwa Shihab ini.
Mengutip situs Kemendikbud, program Merdeka Belajar versi Nadiem bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM siswa dan guru dalam memperbaiki sistem pendidikan nasional yang terkesan monoton. Program Merdeka Belajar merupakan bentuk penyesuaian kebijakan untuk mengembalikan esensi dari asesmen yang semakin dilupakan.
Najelaa Shihab. Foto: Prabarini Kartika/kumparan
Sedangkan di Sekolah Cikal, sejak 2004, pelajar merdeka (berkomitmen, mandiri, reflektif) bertujuan untuk menumbuhkan kompetensi yang utuh bagi setiap murid serta guru.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2014, Kampus Guru Cikal mulai mengembangkan Merdeka Belajar sebagai karakteristik ekosistem untuk meningkatkan kompetensi, kolaborasi dan inovasi semua pemangku kepentingan, mulai dari guru, orang tua, komunitas dan organisasi.
Menurut Najeela, Merdeka Belajar Sekolah Cikal terinspirasi dari pemikiran sejumlah tokoh, di antaranya Ki Hadjar Dewantara, Rahmah Al Yunusiah (tokoh pendidikan pendiri Sekolah Diniyah Putri) dan Barry Zimmerman (peneliti pendidikan yang dikenal dengan teorinya tentang belajar mandiri/self- regulated learning).
Mendikbud Nadiem Makarim saat melakukan rapat kerja dengan Komisi X DPR RI. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Pada 1 Maret 2018, Sekolah Cikal mendaftarkan hak atas merek Merdeka Belajar ke Ditjen HKI Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham). Hak merek ini kemudian disetujui oleh Kemenkumham pada 2020.
“Kami mendaftarkan hak atas merek Merdeka Belajar, bukan hak paten. Sejak awal, kami tidak bermaksud untuk mencari keuntungan komersial. Sesuai yang kami nyatakan dan lakukan, selama ini kami tidak pernah mempersoalkan penggunaan Merdeka Belajar untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan,” ungkap Najelaa.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, Kemendikbud telah meluncurkan lima episode Merdeka Belajar. Sejauh ini, Merdeka Belajar bertujuan untuk mengubah Ujian Nasional menjadi asesmen kompetensi minimum dan survei karakter, menghapus Ujian Sekolah Berstandar Nasional, menyederhanakan rencana pelaksanaan pembelajaran, dan menyesuaikan kuota penerimaan peserta didik baru berbasis zonasi.
Infografik perkembangan vaksin di Indonesia. Foto: Hod Susanto/kumparan
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
***