Alasan Kemhan Borong Rafale dari Prancis: RI Miliki 49 Pesawat Usia 20-30 Tahun

17 Februari 2022 14:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sebuah jet tempur Rafale mendarat di kapal induk Prancis Charles-de-Gaulle di lepas pantai Toulon, Prancis selatan, pada 5 Juni 2021. Foto: NICOLAS TUCAT / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Sebuah jet tempur Rafale mendarat di kapal induk Prancis Charles-de-Gaulle di lepas pantai Toulon, Prancis selatan, pada 5 Juni 2021. Foto: NICOLAS TUCAT / AFP
ADVERTISEMENT
Sekjen Kementerian Pertahanan (Kemhan) Marsdya TNI Donny Ermawan Taufanto angkat bicara terkait pembelian 42 unit pesawat Dassault Rafale dari Prancis. Minimnya jumlah pesawat tempur milik Indonesia jadi alasan utama mengapa Kemhan ngebet mendatangkan pesawat buatan Prancis tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain kemampuannya yang cukup mumpuni, alasan lain di balik rencana pembelian 42 pesawat Rafale itu dikarenakan rendahnya jumlah alutsista udara yang dimiliki Indonesia saat ini. Saat ini, 49 pesawat tempur yang dimiliki Indonesia --termasuk Sukhoi-- didominasi pesawat berusia uzur yang jelas menuntut biaya ekstra perawatannya.
"Indonesia saat ini hanya mengandalkan 33 pesawat F-16 AM, BM, C dan D yang sudah berusia lebih dari 30 tahun, serta 16 pesawat Sukhoi 27 dan 30 dengan usia hampir 20 tahun sebagai pesawat tempur utama," ujar Donny dalam diskusi Pusat Studi Air Power Indonesia yang digelar secara virtual, Kamis (17/2).
Kondisi kesiapan pesawat tempur Indonesia, menurut Donny, diperparah dengan beberapa pesawat yang kini tak bisa lagi digunakan. Sebagai contoh Pesawat tempur F-5 yang sudah tidak dioperasionalkan dalam beberapa tahun terakhir dan belum ada penggantinya hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
"Menyusul pesawat hawks 100 dan 200 yang sudah berusia lebih dari 25 tahun dan dalam kondisi tingkat kesiapan yang rendah tentunya akan memasuki masa purna tugas beberapa tahun mendatang," ujarnya.

Tertuang dalam Renstra Kemhan 2020-2024

Sekjen Kemhan Marsdya TNI Donny Ermawan Taufanto meninjau Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknis Fungsional Pertahanan (Pusdiklat Tekfunghan) Badiklat Kementerian Pertahanan di Salemba, Jakarta Pusat. Foto: Kemhan RI
Kondisi tersebut memaksa pemerintah melakukan pengadaan alutsista anyar. Hal itu diwujudkan melalui Rencana Strategis (Renstra) Kemhan di tahun 2020-2024 terkait pengadaan dan penguatan skadron tempur Indonesia.
"Dengan kondisi yang demikian menjadi kewajiban Kementerian Pertahanan untuk merencanakan pesawat tempur yang akan bertugas di tahun 2030 dan 2040-an." terangnya.
"Proses pengadaan pesawat tempur beserta persenjataannya yang cukup panjang waktunya paling cepat 5 tahun mengharuskan pemerintah untuk mengadakannya pada Renstra 2020-2024, Jika pesawat tempur tersebut akan dioperasionalkan pada tahun 2030-an," ungkap Donny.
ADVERTISEMENT
Donny pun menjelaskan pentingnya Renstra 2020-2024 dalam pengadaan alutsista teranyar.
"Kegagalan untuk mengadakan pesawat tempur beserta persenjataannya pada renstra ini akan menyebabkan semakin berkurangnya jumlah skadron udara yang siap tempur. Dengan demikian Renstra 2020-2024 merupakan periode yang kritis dalam upaya mempertahankan kesinambungan kemampuan skadron tempur," lanjut dia.
Dua jet tempur Rafale F3-R angkatan udara Prancis. Foto: ARIS MESSINIS/AFP
Alih-alih pemborosan di tengah situasi pandemi COVID-19, Donny meminta masyarakat berpikir jernih terkait hal itu. Meski nyatanya pesawat ini tak murah, Donny menyebut keberadaan Rafale bagi Indonesia jelas sangat penting untuk membangun kekuatan komponen utama TNI AU.
"Rencana pengadaan pesawat tempur baik Rafale dan F-15IX beserta persenjataannya merupakan salah satu langkah yang dilakukan oleh pemerintah yang harus dilihat dalam konteks pembangunan kekuatan komponen utama khususnya matra udara," ucap Donny.
ADVERTISEMENT
Tak hanya membeli, dalam MoU antara PT Dirgantara Indonesia (DI) dengan Dassault Aviation, nantinya PT DI akan terlibat secara langsung dalam proses Maintenance, Repair, dan Overhaul (MRO), termasuk dengan penyiapan infrastruktur pendukungnya.
Pesawat tempur multirole Dassault Rafale Angkatan Udara Prancis (Armee de l'air) melakukan manuver udara selama Dubai Airshow 2021 di emirat Teluk pada 14 November 2021. Foto: GIUSEPPE CACACE / AFP
Karena tak hanya membeli pesawat baru, Presiden Jokowi juga menginginkan ada transfer teknologi di dalamnya. Ke depan tentunya dapat berdampak positif pada perkembangan industri pertahanan dalam negeri.
"Dengan demikian anggaran pertahanan yang cukup tinggi dan dibelanjakan ke luar negeri diharapkan akan kembali ke dalam negeri sesuai dengan harapan Presiden Joko Widodo bahwa kebijakan belanja pertahanan harus digeser menjadi investasi pertahanan," kata Donny.
Infografik RI Borong 42 Jet Tempur Rafale. Foto: kumparan