Alasan Masjid Istiqlal Batalkan Gelar Salat Id: Sunah, yang Wajib Jaga Kesehatan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar menjelaskan, meski diupayakan pembatasan namun potensi perkumpulan orang dengan jumlah banyak di satu titik masih bisa terjadi.
"Perkembangan COVID-19 yang belum tunjukkan tanda-tanda lebih baik. Kita memang diberi kesempatan buka 10%, tapi itu sama dengan pasti kita akan berjumpa di satu titik, di tempat masuk, penitipan sandal," ujar Nasaruddin kepada wartawan di Masjid Istiqlal, Selasa (11/5).
Sebelum memutuskan pembatalan Salat Id , pihak Masjid Istiqlal sudah lebih dulu melakukan simulasi. Hasilnya memang tetap akan terjadi kerumunan yang berpotensi penularan COVID-19.
"Kita di lantai 2, melewati tangga yang sama, pulang pergi. Setelah kami melakukan simulasi, mengantisipasi yang terjadi kami simpulkan Istiqlal seperti tahun lalu, belum dibuka untuk Salat Id," kata Nasaruddin.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, prioritas saat ini adalah kesehatan masyarakat, sementara Salat Id sifatnya sunah.
Nasaruddin berharap masjid raya lainnya juga mengikuti jejak yang sama untuk tidak menggelar Salat Id pada Lebaran tahun ini.
"Tentu punya hak masing-masing masjid raya untuk kebijakan sendiri. Tapi kalau boleh mengimbau, demi tercipta kesehatan masyarakat yang prima seperti yang kita harapkan bersama, mungkin ada baiknya contoh Masjid Istiqlal supaya kita menghindari meluasnya COVID-19 ," tuturnya.
Kebijakan peniadaan salat Id di Masjid Istiqlal mendapat dukungan dari Menteri PMK Muhadjir Effendy dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.