news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Alasan Pemerintah Ganti Istilah New Normal: Bahasa Asing, Sulit Dimengerti

11 Juli 2020 17:21 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas melakukan perawatan bilik disinfektan "Disinfection Chamber" di pier 1 Pelabuhan PT Karya Citra Nusantara (KCN), Marunda, Jakarta Utara. Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas melakukan perawatan bilik disinfektan "Disinfection Chamber" di pier 1 Pelabuhan PT Karya Citra Nusantara (KCN), Marunda, Jakarta Utara. Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Pemerintah mengakui adanya kesalahan diksi dalam penggunaan istilah new normal. Istilah itu tadinya diartikan sebagai tahapan masyarakat tetap hidup produktif sambil menjalankan protokol kesehatan.
ADVERTISEMENT
Istilah new normal saat ini diganti dengan adaptasi kebiasaan baru. Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Brian Sriphastuti mengungkapkan alasan penggantian istilah itu.
Brian mengatakan istilah new normal terdapat unsur bahasa asing yang sulit dipahami seluruh masyarakat. Dengan adanya istilah adaptasi kebiasaan baru, Brian berharap agar masyarakat dapat mengubah perilaku sesuai dengan protokol kesehatan.
Seorang pengendara sepeda motornya melewati spanduk adaptasi protokol kesehatan di era new normal, di Pantai Kuta Bali, Kamis (9/7). Foto: Firdia Lisnawati/AP Photo
"Pemahaman menggunakan new normal sendiri, karena ada unsur bahasa asingnya, kemudian tidak mudah dipahami, diterjemahkan sebagai adaptasi kebiasaan baru. Jadi yang ditonjolkan bukan situasinya tapi perilaku kita yang harus disesuaikan dengan situasi yang terjadi," kata Brian dalam diskusi bertajuk 'COVID-19 dan Ketidaknormalan Baru' secara virtual, Sabtu (11/7).
"Perilaku yang bisa membatasi atau menghindari transmisi persebaran lebih lanjut dari orang ke orang supaya tidak terinfeksi atau terpapar virus ini," sambung dia.
ADVERTISEMENT
Terlebih, kata dia, saat penggunaan istilah new normal, masyarakat menganggap kehidupan kembali seperti sedia kala sebelum pandemi corona ada.
"Namanya kan jelas new normal, tapi kemudian orang tidak melihat kata new, ujug-ujug ke normal. Sebelum menuju new normal, ada periode prakondisi, ada tahapan yang harus dipersiapkan. Tampaknya prakondisi tidak dilakukan, kemudian orang berpikir ini akan seperti pada saat seperti pandemi belum terjadi," tuturnya.
Brian menegaskan, situasi prakondisi perlu dilakukan agar kegiatan new normal berjalan baik, seperti persiapan protokol kesehatan yang ketat di sejumlah sektor.
"Kemudian terkait pembukaan sektor-sektor publik yang memungkinkan orang beraktivitas di luar kemungkinan berkumpul, harus ada penyiapan tertentu baik infrastruktur, kebijakan, oleh pengelola untuk memastikan protokol kesehatan dapat diterapkan," tandas Brian.
ADVERTISEMENT
***
Saksikan video menarik di bawah ini: