Alasan RI Kembangkan Vaksin Corona Merah Putih, Meski Baru Tersedia 2022
ADVERTISEMENT
Peneliti Indonesia masih terus berupaya mengembangkan vaksin corona Merah Putih. Padahal, proses penelitiannya diperkirakan baru selesai akhir 2021 dan baru diproduksi 2022.
ADVERTISEMENT
"Saat ini ada 6 pengembangan vaksin merah putih: Eijkman, Lipi, Universitas Indonesia, Universias Airlangga, UGM, ITB. Kita sangat mengapresiasi tanpa diminta universitas bisa mengembangkan vaksin sebagai bentuk tanggungjawab ilmiah mereka kepada masyarakat," tutur Menristek Bambang Brodjonegoro dalam diskusi virtual yang dihelat Partai Golkar, Selasa (20/10).
Ia pun menjelaskan mengapa vaksin Merah Putih tetap dikembangkan meski butuh waktu. Meski di sisi lain, kita sudah menyegel 390 juta dosis vaksin dari berbagai perusahaan negara lain.
"Kenapa Indonesia harus mandiri dengan vaksin, karana Indonesia adalah penduduk keempat terbesar di dunia, yang tentunya harus mengedepankan kesehatan dari warganya. Di mana kesehatan tidak bisa hanya dibaca kuratif, tetapi juga preventif. Bicara preventif maka vaksin salah satu elemen yang sangat dibutuhkan," urai Bambang.
ADVERTISEMENT
Peneliti mengembangkan vaksin Merah Putih di Puspitek Serpong, yaitu Indonesian Life Centre yang akan dikonversi menjadi pusat vaksin dan produk biologi nasional. Semua riset vaksin dari berbagai platform bisa diakomorir di fasilitas tersebut.
"Demikian juga pilot plannya sebelum nanti vaksin dikirimkan di pabrik maka diuji cobakan dulu di pilot plan. Jika berhasil maka vaksin tersebut bisa dikirimkan ke pabriknya, seperti Bio Farma atau perusahaan swasta lainnya," tutup dia.
Saat ini vaksin Merah Putih masih dalam tahap pengurutan genome. Strain virus yang digunakan asli Indonesia.
Menurut rencana, vaksin mulai diuji ke hewan pada awal 2021. Sehingga di kuartal II, uji klinis ke manusia bisa dimulai dan produksi pada 2022.