news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Alasan Warga di Mandailing Natal Tuntut Kades Mundur: BLT Dipotong Rp 400.000

30 Juni 2020 23:45 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mobil Wakapolres Madina yang dibakar massa. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Mobil Wakapolres Madina yang dibakar massa. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Unjuk rasa menuntut mundur Kepala Desa (Kades) Mompang Julu, Panyabungan Utara, Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara, berakhir ricuh, Senin (29/6). Warga membakar mobil Wakapolres Madina serta melempari polisi dengan batu karena persoalan Bantuan Langsung Tunai (BLT).
ADVERTISEMENT
Warga berunjuk rasa karena menduga adanya penyelewengan BLT yang dilakukan eks Kades Mompang Julu, Hendri Hasibuan.
“Sesuai Permendes, seharusnya yang diterima masyarakat Rp 600 ribu per kk (Kepala Keluarga) secara 3 tahap. Namun mereka membuat kebijakan 200 ribu per KK dan hanya 1 tahap (dibagikan, dipotong Rp 400 ribu),’’ ujar warga Mompang Julu, Sumatera Utara, Awaluddin kepada wartawan, Selasa (30/6).
Selain itu, kata Awaluddin, warga menilai Kades tidak transparan dalam mengelola anggaran BLT dan bantuan sosial. Kades juga diduga melakukan KKN berjemaah dengan jajarannya, terlebih soal pembagian BLT yang dinilai tidak rata. Contohnya, masih banyak warga lanjut usia dan memiliki ekonomi lemah tapi tidak mendapatkan BLT.
Mobil Wakapolres Madina yang dibakar massa. Foto: Istimewa
“Terkait BLT, ada warga umur 79 tahun sama sekali tidak dapat, tapi umur di bawah itu rata-rata dapat. Kami ada videonya warga umur 79 tahun dan 85 tahun keberatan atas kejadian ini,” ujar Amiruddin.
ADVERTISEMENT
Karena itu, kata Awaluddin, saat berunjuk rasa, warga menyampaikan 4 mosi tidak percaya. Pertama, masyarakat meminta klarifikasi dan informasi ke Kades soal anggaran BLT tahun 2018-2020 yang diduga disalahgunakan.
“Jika tidak bisa mengklarifikasinya, mundur sekarang juga. Kedua, meminta Bupati Madina mencabut SK Kades. Lalu ketiga, meminta inspektorat melaksanakan tugasnya di lapangan memeriksa Kades, serta keempat, meminta aparat penegak hukum memeriksa dan apabila terbukti menangkap Kepala Desa Mompang Julu,” ujar Awaluddin.
Dari proses unjuk rasa, akhirnya Kades tersebut mengundurkan diri, masyarakat yang berada di sana pun mengaku senang.
“Reaksi masyarakat banyak yang bersyukur, karena banyak yang kecewa dan sekarang sudah lega,” tambah Awaluddin.
Awal kericuhan dipicu oleh polisi yang mendatangkan water canon untuk membubarkan warga. Masyarakat sudah mengimbau supaya polisi tidak menurunkan water canon di area unjuk rasa, sebab dikhawatirkan terkena anak-anak yang berada di dalam rombongan unjuk rasa.
ADVERTISEMENT
“Tapi kepolisian tetap menurunkan water canon, hingga nampak ingin membubarkan paksa warga. Makanya masyarakat jadi rusuh, karena sudah diingatkan sebelumnya,” tambah Awaluddin.
Terpisah, Camat Panyabungan Utara, Ridho Pahlevi, mengatakan, BLT yang dipersoalkan warga telah melalui musyawarah desa. Sehingga, dana BLT yang harusnya diterima Rp 600 ribu, dibagi kepada warga miskin yang tidak mendapat BLT.
Mungkin ada sekelompok masyarakat yang tidak puas dengan kebijakan itu, kan tidak bisa juga kita berikan rasa kepuasan karena keterbatasan dana desa yang dianggarkan untuk itu,” ujar Ridho
“Sementara jumlah KK di sana sangat luar biasa jumlahnya. Maka dilaksanakanlah dengan musyawarah desa, dibuat rasa keadilan dibagi rata,” tambah Ridho
Ridho juga merasa heran mengapa di Desa Mompang Julu protes warga begitu masif, sebab di desa lain juga dilakukan hal serupa namun tidak ada penolakan kebijakan itu. Meskipun begitu, Ridho enggan berspekulasi .
Mobil Wakapolres Madina yang dibakar massa. Foto: Istimewa
“Kenapa di desa lain dilaksanakan seperti itu tapi gak ada persoalan. Tapi kenapa di desa itu menjadi persoalan. Karena ada sesuatu lah makanya ini bisa jadi timbul. Pintu masuk masalah melalui jalan BLT,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Paur Humas Polres Mandailing Natal, Bripka Yogi Yanto, megatakan, pihaknya akan menyelidiki dugaan penyelewengan BLT yang dilakukan Kepala Desa Mompang Julu, Hendri Hasibuan.
"Itu tetap kita tindaklanjuti, dalam arti kita selidiki penyelewengan di bagian mana yang dilakukan aparat desa tersebut," ujar Yogi saat dikonfirmasi, (30/6)
Yogi mengatakan, akan ada tim yang turun ke lapangan untuk memastikan informasi yang disampaikan masyarakat.
" Akan tim diturunkan tim lidik fakta. Apakah yang dalam fakta yang terjadi apakah ada penyelewengan. Dan melalui prosedur hukum (kepala desa) akan kita periksa di unit krim Tipikor," ujar Yogi .
Yogi menjelaskan aksi massa dengan memblokir jalan lintas Sumatera berlangsung sejak siang hari. Pemblokiran dilakukan karena Kepala Desa Mompang tidak mengundurkan diri.
ADVERTISEMENT
"(Awalnya) kepala desa enggak mau mundur saat mediasi, kepala desa gak mau mundur (padahal) warga udah mendesak," ujar Yogi
Hingga akhirnya, warga tersulut emosi melempari polisi dengan batu lalu membakar mobil Wakapolres Madina dan melukai 6 personel polisi.
Selanjutnya, massa dimediasi kembali dan Kepala Desa Mompang Julu, Hendri Hasibuan mengundurkan diri.
"Tadi malam, Camat, Danramil, Kapolsek Panyabungan yang membacakan surat pengunduran diri kepala desa Mompang Jolu sekira pukul kurang lebih 01.00," ujar Yogi.
---
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
***
Saksikan video menarik di bawah ini.