Alvin Lie: Cat Pesawat Tak Ada Kaitannya dengan Keselamatan, Lebih ke Estetika

3 Agustus 2021 17:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota Ombudsman RI Alvin Lie memberikan keterangan saat menggelar pertemuan untuk meminta klarifikasi PLN di Kantor Ombudsman RI, Jakarta, Kamis (8/8/2019). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Anggota Ombudsman RI Alvin Lie memberikan keterangan saat menggelar pertemuan untuk meminta klarifikasi PLN di Kantor Ombudsman RI, Jakarta, Kamis (8/8/2019). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
Pengecatan pesawat kepresidenan yang memakan biaya hingga Rp 2 miliar mendapatkan kritik dari berbagai pihak. Sebab pengecatan dilakukan di tengah pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Istana mengungkapkan alasan pengecatan salah satunya karena ada beberapa sisi pesawat yang catnya sudah terkelupas. Pengamat penerbangan, Alvin Lie, mengaku sulit percaya cat pesawat kepresidenan sudah mengelupas.
"Yang pertama, saya sulit percaya bahwa cat-cat tersebut sudah mengelupas. Pesawat komersil saja yang digunakan jauh lebih intensif dari pesawat kepresidenan juga 5-6 tahun belum tentu dicat ulang. Apalagi ini juga enggak tiap hari dipakai, enggak tiap hari dijemur di matahari. Ketika tidak dipakai juga disimpan di hanggar," kata Alvin kepada kumparan, Selasa (3/8).
Menurut Alvin, pengecatan pesawat bukan kebutuhan. Apalagi melihat kondisi pesawat yang masih bagus sehingga hanya perlu perawatan rutin dan tak perlu pengecatan warna baru.
Alvin kemudian menjelaskan ada empat tingkatan pemeriksaan perawatan pesawat, yaitu A check, B check, C check, dan D check. Untuk A check, dilakukan ketika pesawat memasuki 500 jam terbang.
ADVERTISEMENT
"Cek B tiap 6 bulan. Cek A dan cek B bisa digabung," ungkapnya.
Pesawat Kepresidenan BBJ 2 Foto: Yudhistira Amran/kumparan
Sementara untuk C check dilakukan ketika pesawat sudah dioperasikan selama 4.000-6.000 jam. Alvin pun memperkirakan pemeriksaan pesawat kepresidenan berada pada C check.
"Perkiraan saya pesawat presiden ini baru paling baru masuk cek C ini. Kalau untuk penerbangan komersial, cek C ini dicapai dalam 2-3 tahun karena dalam satu hari, dalam satu bulan pesawat bisa dioperasikan sampai 200 jam. Berikutnya di cek C ini termasuk pemeliharaan yang agak komprehensif. Bisa makan [waktu] 1-2 minggu," jelasnya.
Yang terakhir adalah D check. Pada tahap ini, pemeriksaan dilakukan ketika pesawat sudah dioperasikan di atas 24.000-40.000 jam atau kira-kira selama 9-10 tahun. Biasanya pesawat yang mengikuti pemeriksaan D check ini pesawat akan dibongkar untuk inspeksi dan diteliti.
ADVERTISEMENT
"Pada cek D ini memang secara praktis praktiknya hampir seluruh pesawat ini dibuka. Maka banyak sekalian cat ulang. Ini biaya pemeliharaannya bisa juta dolar, bukan ratus ribu dolar lagi. Saya yakin pesawat presiden maksimal baru masuk cek C, bukan cek D," tuturnya.
Alvin kembali menjelaskan jika pesawat kepresidenan dipakai sejak 2004, jika akan diperiksa pada level D check, maka untuk sampai 40 ribu jam pesawat harus dioperasikan selama 600 jam setahun.
"Apakah [pesawat kepresidenan] dioperasikan 600 jam setahun? Kan, semua cek ini enggak mewajibkan cat ulang karena cat enggak ada kaitannya dengan keamanan dan keselamatan pesawat. Lebih ke estetika," tegasnya.
Pesawat kepresidenan yang digunakan oleh Jokowi Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan
Alvin mengatakan jika melihat dokumentasi perjalanan Presiden Jokowi menggunakan pesawat kepresidenan, bisa terlihat kondisi pesawat masih layak. Sehingga ia menyayangkan keputusan mengecat pesawat kepresidenan di situasi pandemi.
ADVERTISEMENT
"Yang sangat saya sayangkan, kalau mau dicat apakah tidak sebaiknya menunggu. Kita, kan, sedang pandemi. Ini berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi. Ekonomi kita merosot, bahkan untuk APBN Menteri Keuangan melakukan refocusing. Anggaran dipangkas, insentif dan tunjangan ASN dipangkas, diarahkan untuk pandemi," ujarnya.
Karena saat ini anggaran yang dikeluarkan sangat berarti untuk penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi, seharusnya pengecatan pesawat tidak dilakukan karena tidak mendesak.
"Untuk anggaran tidak mendesak seperti cat pesawat ini, kan, enggak mendesak. Silakan ketika kondisi baik-baik saja, no problem. Tapi ketika seperti ini menunjukkan kurang pekanya pemerintah," tegasnya lagi.
Namun, pesawat kepresidenan sudah telanjur dicat. Bahkan pengecatan juga dilakukan untuk helikopter presiden dan pesawat kepresidenan yang ukurannya lebih kecil. Hanya saja, Alvin menyayangkan ketidakpekaan pemerintah dalam memakai anggaran untuk sesuatu yang tidak mendesak.
ADVERTISEMENT