Amerika Serikat Tak Percaya Apa yang Terjadi di Gaza adalah Genosida

14 Mei 2024 11:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jake Sullivan Penasihat Keamanan Nasional AS. Foto: Evelyn Hockstein/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Jake Sullivan Penasihat Keamanan Nasional AS. Foto: Evelyn Hockstein/Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Amerika Serikat tak percaya bahwa genosida sedang terjadi di Gaza. Namun pihaknya meminta Israel berbuat lebih banyak untuk melindungi warga sipil Palestina. Hal itu disampaikan pejabat tinggi keamanan nasional Presiden Joe Biden, Senin (13/5).
ADVERTISEMENT
Ketika perundingan gencatan senjata terhenti dan Israel terus menyerang selatan kota Rafah, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, bersikeras bahwa tanggung jawab untuk perdamaian berada di tangan kelompok militan Hamas.
“Kami percaya Israel dapat dan harus berbuat lebih banyak untuk menjamin perlindungan dan kesejahteraan warga sipil yang tidak bersalah. Kami tidak percaya apa yang terjadi di Gaza adalah genosida,” kata Sullivan, seperti dikutip AFP.
"AS menggunakan istilah genosida yang diterima secara internasional, yang mencakup fokus pada niat untuk mencapai penilaian ini," tambahnya.
"Biden ingin melihat Hamas dikalahkan tetapi menyadari bahwa warga sipil Palestina berada di ‘neraka’,” ungkap penasihat itu.
Sullivan mengatakan, dia naik ke podium Gedung Putih menjelaskan posisi pemerintahan Biden mengenai konflik tersebut. Saat ini mereka berada di tengah kritik yang datang dari berbagai pihak di spektrum politik AS terkait apa yang terjadi di Gaza.
ADVERTISEMENT
Biden mendapat kecaman dari Partai Republik karena menghentikan sejumlah pengiriman senjata agar Israel menunda serangan Rafah. Di sisi lain, ada protes kepada Biden di universitas-universitas AS atas sikap dukungannya terhadap Israel.
Menurutnya, Presiden AS meyakini bahwa setiap operasi di Rafah harus dikaitkan dengan tujuan akhir yang strategis dan visioner.
Pemerintahan Biden berupaya menunjukkan bahwa kebijakan mereka bertujuan untuk menjaga stabilitas jangka panjang di wilayah tersebut, sembari mempertimbangkan konsekuensi dari setiap tindakan militer yang diambil.