AMSI Gelar Kongres Kedua, Ingatkan Bahaya Hoaks hingga Hate Speech

22 Agustus 2020 15:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) menggelar kongres kedua, Sabtu (22/8). Foto: AMSI
zoom-in-whitePerbesar
Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) menggelar kongres kedua, Sabtu (22/8). Foto: AMSI
ADVERTISEMENT
Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) menggelar Kongres Kedua yang digelar secara virtual pada hari ini, Sabtu (22/8). Rencananya, kongres ini nanti akan berlangsung sampai Minggu (23/8).
ADVERTISEMENT
Dalam kongres kali ini, tema yang diusung adalah bagaimana Membangun Ekosistem Media Siber Berkelanjutan.
Ketua Pelaksana Kongres kedua AMSI, Maryadi. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
Dalam sambutannya, Ketua Umum AMSI Wens Manggut menyorot sejumlah kondisi yang dihadapi oleh media saat ini, utamanya media digital. Ia menilai begitu banyak pemain di industri tersebut.
Ia menilai banyak raksasa platform yang nyaris melakukan semua pekerjaan media. Namun, mereka tidak terikat dengan regulasi tentang pers.
Ia pun tak heran saat para platform itu lebih sigap beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Sebab, mereka tak dibelenggu oleh aturan (unregulated).
“Kita menjadi pengelola perusahaan media pada saat distribusi atas konten di luar kendali perusahaan pers. Sekitar 80-85% konten kita dikendalikan platform. Kita juga menjadi pengelola perusahaan media pada saat saluran distributor, juga jadi agen sales, dan segenap KPI bisnis ditentukan oleh distributor. Ini kondisi yang terjadi saat ini,” kata Wens dalam keterangan yang diterima kumparan, Sabtu (22/8).
Ketua AMSI, Wenseslaus Manggut di Kemenkopolhukam, Rabu (27/11). Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
Ia menambahkan, pada saat yang sama, cara kerja ruang redaksi juga ikut terpengaruh. Muncul kritik tajam terhadap kualitas media digital yang kini dinilai hanya mengejar hits semata.
ADVERTISEMENT
“Kritik ini benar adanya, tetapi kritik itu haruslah dilihat dalam ekosistem yang berubah itu," ujarnya.
Kendati demikian, Wens menyebut kondisi seperti ini tidak perlu dicemaskan jika ekosistem media siber ini tidak mudah ditumpangi oleh para pembawa sampah, seperti hoaks, hate speech, dan disinformasi.
“Faktanya tidak. Hatespeech, hoax, dan disinformasi, marak. Dan, pada ekosistem ini, dia tidak hanya menjadi alat kepentingan seperti politik, tetapi menjelma menjadi produk yang bisa diperjualbelikan,” tegas Wens.
Guna menghadapi permasalahan tersebut, Wens menyebut AMSI sedang menyiapkan sejumlah upaya.
“AMSI, bersama tim media sustainability yang diinisiasi Dewan Pers, sudah dan sedang membahas masalah ini dengan para brand, terutama agar produk mereka tidak jatuh pada konten sampah. Brand yang sehat seharusnya tampil di konten yang sehat," ujarnya.
Hendry Chairuddin Bangun. Foto: ANTARA/Edi Suhaedi
Pada kesempatan terpisah, Wakil Ketua Dewan Pers Hendry Ch Bangun juga menyorot banyaknya tantangan yang dihadapi oleh media saat ini. Oleh karena itu, Dewan Pers membentuk Satgas Media Sustainability.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Dewan Pers, menurut Hendry, telah mengajukan sejumlah insentif kepada pemerintah untuk menjamin keberlanjutan industri media.
“Secara ekonomi harus jalan, tapi secara etis harus tidak melanggar," ujarnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam acara Kongres kedua AMSI. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
Hadir dalam acara pembukaan ini termasuk Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dan Wakil Ketua Dewan Pers Hendry Ch Bangun.
Kongres Kedua AMSI kali ini juga diikuti oleh 338 anggota AMSI yang tersebar di 21 provinsi dari Aceh hingga Papua. Acara digelar secara virtual karena pandemi COVID-19.