Analisis BMKG soal Gempa 5,9 Magnitudo di Bengkulu

17 Mei 2022 15:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG. Foto: Jafrianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG. Foto: Jafrianto/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
BMKG menyampaikan analisis terkait gempa 6,0 magnitudo di Bengkulu pada Selasa (17/5) pukul 01.58 WIB. Setelah dilakukan pemutakhiran, kekuatan gempa menjadi 5,9 magnitudo.
ADVERTISEMENT
Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan episenter gempa terletak pada koordinat 5,40° Lintang Selatan dan 101,81° Bujur Timur.
"Tepatnya di laut, pada jarak 55 km arah barat daya Pulau Enggano dengan kedalaman hiposenter 24 km," kata Daryono dalam keterangannya.
Daryono menjelaskan, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia tepatnya di Zona Megathrust Segmen Enggano.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault) yang merupakan ciri khas aktivitas gempa yang bersumber di zona megathrust," jelas dia.
Menurutnya, getaran gempa itu dirasakan cukup kuat di Pulau Enggano dalam skala intensitas IV-V MMI yang artinya guncangan dirasakan hampir semua penduduk.
ADVERTISEMENT
"Bahkan warga yang sedang tertidur dapat terbangun. Di Kota Bengkulu, Bengkulu Utara, guncangan dirasakan dalam skala intensitas III-IV MMI hingga dirasakan orang banyak yang juga membuat beberapa orang terbangun dari tidur," kata Daryono.
"Sementara itu di Kepahiang dan Rejang Lebong gempa dirasakan dalam skala intensitas III MMI di mana getaran seakan-akan ada truk berlalu," tambah dia.
Ilustrasi seismograf gempa bumi. Foto: Getty Images
Daryono menambahkan, hingga saat ini belum ada laporan kerusakan bangunan rumah warga akibat dampak gempa di Bengkulu itu.
Selain itu, hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami karena magnitudonya belum cukup kuat untuk menimbulkan deformasi dasar laut hingga mengganggu kolom air laut.
"Hingga siang ini pukul 14.00 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi satu kali aktivitas gempa susulan dengan magnitudo 3,2," kata Daryono.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Daryono mengatakan di zona gempa ini, pada 12 September 2007 pernah terjadi gempa dahsyat dengan magnitudo 8,5 yang mengakibatkan sebanyak 23 orang meninggal dunia.
Gempa itu juga memicu tsunami yang membanjiri sedikitnya 300 rumah penduduk dan bangunan di Pulau Pagai, Kepulauan Mentawai, setinggi 1 meter.