Analisis dr Koko soal Herd Immunity di Ri Mulai Terbentuk Akibat Infeksi Alamiah

17 September 2021 15:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak sakit pakai masker. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak sakit pakai masker. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Kekebalan komunal (herd immunity) secara alamiah disebut menjadi penyebab turunnya kasus COVID-19 beberapa waktu terakhir. Apalagi, semakin harinya penduduk yang divaksinasi corona semakin banyak, membuat proses herd immunity perlahan terus terbentuk.
ADVERTISEMENT
Namun, apakah vaksinasi satu-satunya yang membuat terciptanya herd immunity dan tubuh pun lebih kebal terhadap COVID-19?
Chairman JDN Indonesia dr Andi Khomeini Takdir Haruni menjelaskan, terdapat dua faktor yang bisa menciptakan herd immunity.
"Herd immunity atau kekebalan kelompok itu hasil akumulasi dari dua faktor, yaitu kekebalan yang terbentuk pascainfeksi alamiah, dan juga kekebalan yang dipicu vaksinasi. Dua ini yang saya pikir akan berkontribusi terhadap terbentuknya herd immunity," kata pria yang akrab disapa dr Koko dalam Live Corona Update bersama kumparan, Jumat (17/9).
Ia menuturkan herd immunity yang terbentuk dari infeksi alamiah ini juga mengalami hambatan, yakni kapasitas testing yang masih rendah. Bahkan, ia memprediksi sudah 100 juta orang di Indonesia yang telah terpapar protein dari virus corona, baik itu secara alamiah maupun lewat vaksinasi.
ADVERTISEMENT
"Karena mungkin ada kelemahan kapasitas testing di beberapa tempat, berarti sudah sekitar 90-100 juta orang yang terpapar oleh protein dari virus ini, baik alamiah maupun vaksinasi. 100 juta itu sudah mendekati angka minimum yang diduga. Kita masih menduga-duga karena masih pada belajar terus, yang diduga cukup untuk mulai keliatan herd immunity itu," tutur dia.
dr Koko tak memungkiri herd immunity sudah perlahan terbentuk pada beberapa komunitas. Namun, ada juga wilayah-wilayah, khususnya di luar Jawa dan Bali, yang dinilainya belum terbentuk. Sebab, kedisiplinan protokol kesehatan (prokes) justru menurun.
Tak hanya itu, diakuinya bentuk negara Indonesia yang kepulauan menjadi tantangan tersendiri.
Vaksin yang digunakan saat vaksinasi di Cilandak Town Square, Jakarta Selatan, Selasa (31/8/2021). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
"Kekebalan kelompok bisa jadi sudah terbentuk di beberapa komunitas, atau di beberapa komunitas lain mungkin selama ini belum masuk COVID-19. Belum sampai ke sana karena di wilayah-wilayah tertentu, desa-desa tertentu jarak antarrumah bisa 50-100 meter, jadi terisolasi mereka," jelas Koko.
ADVERTISEMENT
"Ini yang menarik untuk dikulik di Indonesia. Tidak sesederhana kita melihat bagaimana di China, India, AS dengan satu daratan, tapi di Indonesia kita ada beberapa pulau besar dan ribuan kecil. Kita bersyukur kalau pun tercapai herd immunity itu tapi kita jangan mengira," ucap Koko.
Ia pun mengusulkan untuk mengetahui apakah herd immunity sudah terbentuk pada kelompok-kelompok agar dilakukan tes antibodi. Pemeriksaan ini bisa menilai respons imun terhadap vaksin corona yang sudah disuntikkan ke dalam tubuh.
"Saya punya usulan kalau kita mau tahu apakah kita sudah terbentuk herd immunity, maka lakukan tes antibodi sama seperti agak mirip dengan hitung cepatnya pilpres," ujar Koko.
"Itu tidak mesti menanyakan kepada semua partisipan, tapi dengan hitungan matematis tahu berapa persen sih kira-kira sudah terbentuk kekebalan. Supaya kita enggak bilang 'oh ini sudah tercapai [herd immunity]', tapi ada datanya," pungkasnya.
ADVERTISEMENT