Analogi Efikasi Sinovac 65,3%: Jika Pasien 880 Ribu, 574 Ribu Orang Tak Terpapar

12 Januari 2021 12:36 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi vaksin corona dari Sinovac. Foto: Thomas Peter/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vaksin corona dari Sinovac. Foto: Thomas Peter/REUTERS
ADVERTISEMENT
BPOM telah memberikan emergency use authorization (EUA) atau izin edar darurat untuk vaksin CoronaVac buatan perusahaan asal China, Sinovac.
ADVERTISEMENT
Penerbitan EUA mengacu pada 3 faktor yakni keamanan, khasiat, dan mutu. Khusus faktor khasiat, berdasarkan hasil uji klinis tahap III di Bandung, tingkat khasiat atau efikasi vaksin CoronaVac mencapai 65,3%
Efikasi tersebut memang tak setinggi hasil uji klinis di Turki yang mencapai 91,25% dan Brasil 78%. Namun, efikasi di Indonesia masih di atas standar WHO yakni minimal 50%.
"Efikasi vaksin 65,3 persen dari Bandung menunjukkan harapan vaksin mampu mencegah, menurunkan kejadian penyakit COVID-19 hingga 65 persen. Penurunan angka kejadian dengan vaksin tersebut akan sangat berarti keluar dari pandemi, juga upaya-upaya lain seperti penegakkan 3M dan 3T," ujar Kepala BPOM, Penny Lukito, dalam rapat dengar pendapat di Komisi IX DPR, Jakarta, Selasa (12/1).
Kepala Badan Pengawa Obat dan Makanan (BPOM) Penny Kusumastuti dalam talkshow "Endorse Komsetik Aman atau Menuai Bencana" di Jakarta, Rabu (25/9/2019). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Penny menganalogikan efikasi vaksin Sinovac dengan mengambil contoh jika kasus corona mencapai 880 ribu pasien. Dengan efikasi 65,3%, vaksin CoronaVac bisa menekan kasus positif hingga 574 ribu pasien.
ADVERTISEMENT
"Apabila ada vaksinasi dengan vaksin CoronaVac, maka akan ada penurunan atau pencegahan 65,3 persen dari 880 ribu kejadian infeksi, penurunan kejadian infeksi akan turun 574 ribu. Dari 880 ribu kalau ada vaksin dengan efikasi 65,3 persen, 574 ribu orang terlindungi atau tercegah. Saya kira ini satu data dan angka yang berarti apabila bisa mencegah 574 ribu dari 880 ribu yang sudah kena infeksi," ucapnya.
Penny menyatakan efikasi CoronaVac berdasarkan uji klinis di Bandung memang tak setinggi di Turki 91,25 persen dan Brasil 78 persen. Namun CoronaVac mampu membentuk kekebalan atau imunogenisitas terhadap corona mencapai lebih dari 99% usai menerima 2 dosis vaksin.
Petugas menurunkan vaksin corona Sinovac saat tiba di gudang Dinas Kesehatan Sumatera Utara, Kota Medan, Sumatera Utara, Selasa (5/1). Foto: Rony Muharrman/ANTARA FOTO
"Data imunogenisitas tunjukkan hasil baik pada 14 hari setelah penyuntikan. Hasil positif yakni kemampuan vaksin membentuk antibodi sebesar 99,74 persen. Dan pada analisa 3 bulan setelah penyuntikan hasil positif 99,23 persen, jadi masih konsisten. Hal ini menunjukkan sampai 3 bulan jumlah subjek yang memiliki antibodi 99,23 persen," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kata Penny, vaksin CoronaVac memiliki keamanan yang tinggi lantaran efek samping yang ditimbulkan hanya bersifat ringan hingga sedang.
"Frekuensi efek samping dengan gejala berat seperti demam, sakit kepala, gangguan di kulit, atau diare yang dilaporkan hanya 0,1-1 persen. Efek samping tersebut tidak berbahaya dan dapat pulih kembali," tutupnya.