Andi Arief: Prabowo-Sandi Tak Bisa Main Isu Agama di Jateng-Jatim

11 Desember 2018 1:33 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi di pengundian dan penetapan nomor urut pasangan calon presiden dan wakil presiden pemilihan umum tahun 2019 di KPU. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi di pengundian dan penetapan nomor urut pasangan calon presiden dan wakil presiden pemilihan umum tahun 2019 di KPU. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat, Andi Arief, menilai isu agama tidak bisa digunakan untuk memenangkan suara Prabowo Subianto-Sandiaga Uno (Sandi) di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Andi lalu meminjam istilah antropolog asal AS, Clifford Geertz, untuk menjabarkan karakter dua wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
“Kalau masuknya salah, bisa jadi back fire untuk Jateng dan Jatim, tidak bisa masuk dengan isu agama, karena di situ karakter agamanya agak berbeda dengan Sumatera Barat dan Sumatera,” ujar Andi di Yogyakarta, Senin (10/12).
“Clifford Geertz bilang, di situ santri abangan dan priayi, jadi agak sedikit berbeda dengan karakter yang berkumpul dengan [Reuni] 212,” timpalnya.
Jika berbicara survei yang digelar Demokrat, Andi melihat elektabilitas Joko Widodo (Jokowi) masih unggul dibanding Prabowo dengan perolehan 55 persen, bahkan bisa mencapai 60 persen untuk di Pulau Jawa. Survei tersebut dilakukan hingga ke sejumlah daerah pemilihan (dapil).
Untuk itu, posko pemenangan Prabowo-Sandi ditambah di Jawa Tengah. Menurut Andi, hal tersebut diperlukan untuk mengimbangi suara Jokowi.
ADVERTISEMENT
“Kita survei sampai ke dapil, memang belum bisa dikatakan siapa yang menang, memang karena other side cukup tinggi, sedangkan di bawah partai-partai berjuang untuk masing-masing partai,” katanya.
“Sekarang Pak Jokowi 60 persen di Jateng dan 55 persen di Jatim. Jawa Barat, Pak Prabowo di atas 55 persen menang, kalau di Sumatera dan Indonesia timur, zero-zero,” beber Andi.
Wasekjen Partai Demokrat, Andi Arief: Kalau Ingin Menang Pilpres, Kuasai 3 Jawa (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wasekjen Partai Demokrat, Andi Arief: Kalau Ingin Menang Pilpres, Kuasai 3 Jawa (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
Menyoal segmen pemilih Prabowo, Andi menganggap hal itu sudah mix. Hanya saja, pihaknya harus lebih teliti menyikapi aksi Reuni 212 kemarin, apakah memang betul-betul menyuarakan agama atau menyuarakan keadilan.
“Kalau menyuarakan ketidakadilan, ini, ya, kita bukan tidak mungkin ada perubahan ke depan,” tegasnya.
Andi mengaku hingga saat ini karakter pemilih masih sangat dinamis. Menurutnya, jika pemilihan dilakukan hari ini, Jokowi bisa saja menang. Meski begitu, Andi mengklaim tren Jokowi tengah menurun dibanding Prabowo yang bersifat stagnan.
ADVERTISEMENT
“Tapi other side makin besar,” timpalnya.
Sampai saat ini, Andi belum bisa memprediksi ke arah mana suara masyarakat untuk Pilpres mendatang. Termasuk memperkirakan suara masyarakat yang akan meniru karakter pemilu Malaysia --petahana terus unggul hingga hari terakhir namun kemudian rakyat memutuskan untuk tidak memilih petahana. “Ini masih dinamis, kita baru bisa menyimpulkan Maret akhir,” imbuh Andi.
Kalau Ingin Menang Pilpres, Kuasai 3 Jawa
Andi pun bicara blak-blakan soal peluang masing-masing paslon untuk menang di Pilpres 2019. Menurutnya, tiga wilayah Jawa: tengah, barat, dan timur, menjadi kuncian.
“Sebetulnya pemilu mulai dari 1955 enggak berubah sampai sekarang, pertempuran antara 3 Jawa: Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur,” ujar Andi.
Ma'ruf Amin, Jokowi, Prabowo, Sandiaga Uno (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ma'ruf Amin, Jokowi, Prabowo, Sandiaga Uno (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
“Dulu kan Masyumi di Jawa barat dan Sumatera. Kemudian juga kalau menurut Clifford Geertz, santri abangan, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Separuh lebih pemilih itu ada di tiga Jawa itu, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kunci pemenangan pemilu itu, siapa yang berhasil memenangkan tiga Jawa,” tegasnya.
ADVERTISEMENT
Untuk itulah, kata Andi, penambahan posko pemenangan Prabowo-Sandi di Jawa Tengah merupakan strategi yang tepat. Adapun, Solo dipilih sebagai markas lantaran wilayah tersebut --termasuk Boyolali, Sragen dan Klaten-- merupakan basis kuat Jokowi untuk saat ini bahkan sejak Pilpres 2014 silam.
“Kalau memindahkan (posko BPN/Badan Pemenangan Nasional) ke Jawa Tengah ini memang cukup objektif, memindahkan itu untuk peperangan [memecah] suara,” bebernya.
“Di pinggir bukan masuk ke tangan Demak, Pati dan lain sebagainya karena menurut survei internal, daerah Brebes, Kebumen, Banyumas sudah makin menipis (dukungan ke Jokowi). Jadi Boyolali, Solo sampai Magetan, Pacitan daerah pertempuran, kita lihat saja nanti berhasil atau tidak,” pungkas Andi.