Anggota DPR: Jika Demo Terus Terjadi, Bisa Muncul Klaster COVID-19 Baru

15 Oktober 2020 17:32 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana tes usap (swab test) COVID-19 pada warga di kawasan Pasar Keputran, Surabaya, Jawa Timur. Foto: M Risyal Hidayat/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Suasana tes usap (swab test) COVID-19 pada warga di kawasan Pasar Keputran, Surabaya, Jawa Timur. Foto: M Risyal Hidayat/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Indonesia kini menjadi negara urutan pertama di Asia Tenggara dengan jumlah kasus positif virus corona terbanyak. Per hari ini, jumlah kasus positif di Indonesia mencapai 349.160 orang
ADVERTISEMENT
Terkait hal itu, anggota Komisi IX DPR Rahmat Handoyo mengaku prihatin dengan peningkatan kasus positif di Indonesia. Apalagi, dalam dua pekan terakhir marak demo menolak UU Cipta Kerja.
Rahmat khawatir demo UU Cipta Kerja terus berlanjut dan menimbulkan klaster baru.
"Saya agak prihatin dan pesimis bila hiruk pikuk masalah UU Cipta Kerja ini terus berlanjut. Karena apa? Saya khawatirkan bila terus bergejolak dengan demo yang anarkistis dan demo tak beraturan yang tak mengindahkan protokol kesehatan, saya kira akan jadi bumerang kita bersama sehingga dikhawatirkan menjadi sumber klaster penyebaran COVID- 19," kata Rahmat kepada kumparan, Kamis (15/10).
Anggota Fraksi PDIP ini meminta masyarakat atau pihak-pihak yang tak menyetujui UU Cipta Kerja untuk menunjukkan penolakannya dengan cara yang baik. Misalnya dengan mengajukan uji materi ke MK dibandingkan menggelar demo. Sehingga dengan demikian dapat mencegah penyebaran COVID-19.
Massa aksi merusak barikade kawat berduri saat unjuk rasa menolak Omnibus Law, di Kawasan Monas, Jakarta, Selasa (13/10). Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
"Kita tak usah menengok ke belakang dan tak perlu menyalahkan satu pihak satu dan lain. Tapi antara pemerintah, rakyat, tokoh masyarakat, organisasi dan siapa pun bersatu padu mengendalikan COVID-19," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Termasuk mengendalikan diri terhadap isu- isu terkini UU Cipta Kerja yang sudah disetujui agar legawa. Bila yang tak setuju, kita bawah ke ranah MK, ya. Saya kira kita akan semakin yakin bisa mengendalikan COVID-19," lanjutnya.
Ia juga berharap angka kasus positif yang semakin tinggi ini menjadi momentum kerja sama yang baik antara pemerintah, baik di tingkat pusat dan daerah hingga masyarakat untuk bersama-sama mengendalikan COVID-19. Khususnya dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
"Kita ambil hikmahnya saja bahwa kita harus menyelamatkan, kita harus mengendalikan bersama-sama terhadap musibah maupun pandemi ini. Hanya satu cara bagaimana kita membumikan hidup baru dengan 3 M," tuturnya.
"Kedua, kita bersama-sama para tokoh masyarakat baik itu organisasi maupun tokoh agama dan lain-lain, ayo segera kita bumikan hidup 3 M. Dengan pelaksanaan 3 M. kita akan mampu mengendalilan COVID-19," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana diketahui, Indonesia menyalip Filipina dengan jumlah kasus virus corona terbanyak di Asia Tenggara. Berdasarkan data Worldmeters, kasus di Filipina bertambah 2.261 orang sehingga kasus kumulatif menjadi 348.698 orang.
Angka kematian akibat corona di Indonesia juga di atas Filipina dengan total 12.268 orang. Sementara angka kematian di Filipina mencapai 6.497 orang. Demikian pula dengan jumlah pasien sembuh di Indonesia yang juga di atas Filipina, sehingga data ini harus menjadi catatan pemerintah.
Secara rasio tes, Filipina berada jauh di atas Indonesia. Filipina di angka 38.473 per 1 juta penduduk, sementara di Indonesia berada di rasio 14.189 per 1 juta penduduk.